Rabu, 03 Maret 2010

Siaran Pers Untuk Disiarkan Segera Aruna Dan Lidahnya


Sajian Film “Aruna dan Lidahnya” 
Siap Santap 27 September 2018

Jakarta, 20 September 2018

Palari Films dengan gembira mempersembahkan Aruna dan Lidahnya, sebuah sajian yang menggugah selera. Disutradarai oleh Edwin (Posesif, 2017) dan dibintangi oleh aktor-aktris terbaik Indonesia yaitu Dian Sastrowardoyo, Oka Antara, Hannah Al Rashid, dan Nicholas Saputra. Film ini menyuguhkan kerja sama akting para pemain yang apik juga presentasi drama komedi yang diracik dengan menarik. Film sanggup ditonton mulai tanggal 27 September di bioskop seluruh Indonesia.

Aruna dan Lidahnya menyuguhkan dongeng drama yang dibalut dengan kemasan yang santai. Berkisah perihal ARUNA (Dian Sastrowardoyo) yang ditugaskan bekerja berkeliling ke empat kota Indonesia sambil bertualang masakan bersama kedua temannya, BONO (Nicholas Saputra) dan NAD (Hannah Al Rashid). Saat menjalani tugasnya, Aruna bertemu dengan mantan rekan kerja yang pernah ia taksir, FARISH (Oka Antara). Keempatnya terlibat dalam perjalanan penuh percakapan yang mengungkapkan dongeng kehidupan dan diam-diam terpendam.

Dalam pekerjaan investigasinya, ARUNA menemukan ketidaksesuaian data antara Pusat dan temuan lapangan yang menjadikan kecurigaan. Sementara itu, situasi semakin rumit sebab FARISH yang sekarang bekerja di Pusat kian mendesak ARUNA untuk tetap menjalankan prosedur. ARUNA pun mengalami konflik internal sebab di satu sisi ia memendam kekaguman namun menyadari bahwa FARISH disalahgunakan oleh kepentingan yang tak diketahui keduanya.

Di film panjang kelimanya ini. Edwin mengeksplorasi sisi lain dari petualangan sinemanya. Film ini merupakan filmnya yang paling banyak memuat kuliner dan dialog. “Buat saya, insan yang makan sambil ngobrol itu asik dilihat dan didengar. Obrolan di ketika makan sering kali menghipnotis rasa kuliner yang kita makan. Demikian pula sebaliknya, rasa kuliner yang kita makan sanggup menghipnotis kualitas obrolan kita di meja makan.”
Mengambil lokasi syuting di Surabaya, Pamekasan (Madura), Pontianak, Singkawang dan Jakarta, film ini merekam keragaman masakan Indonesia yang kaya pilihan. Berbagai kuliner khas tempat tersebut muncul secara menggiurkan. Baik yang sudah dikenal luas menyerupai Rawon (Surabaya) dan Nasi Goreng hingga kuliner yang hanya sanggup ditemui di satu tempat menyerupai Campur Lorjuk (Pamekasan), Pengkang (Pontianak), dan Choi Pan (Singkawang).

Dikemas secara ringan oleh Edwin, film ini menampilkan dinamika grup yang unik. Film bergerak dengan obrolan di antara keempat abjad di meja makan namun tetap mempunyai kedalaman. ARUNA yang sederhana, FARISH yang kaku, NAD yang petualang dan BONO yang rileks melebur di percakapan di atas meja makan yang menyenangkan juga mengenyangkan pikiran.

Seperti juga yang terjadi dalam keseharian, ketika empat orang berada dalam satu  perjalanan sangat mungkin hal-hal yang tak diinginkan terjadi menyerupai kesalahpahaman atau berprasangka. Film ini memotret keadaan tersebut dengan cara yang natural. Hubungan antar insan ditampilkan sealami mungkin. Sehingga gampang bagi penonton merasa terhubung dengan para karakternya.

Dari sisi penyutradaraan, Edwin sanggup mengolah perbedaan keempat pemeran menjadi kerja sama yang cair sehingga para pemeran sanggup mengeluarkan akting terbaiknya. Di film ini para bintang film dan aktris ditantang untuk menjajal gaya akting yang berbeda. Dian Sastrowardoyo banyak bermain lisan muka yang jenaka, Oka Antara yang menjadi pegawai kantoran, Hannah Al Rashid yang tampil anggun, juga Nicholas Saputra yang jahil.

Dian Sastrowardoyo memberikan bahwa kerja sama dengan Edwin ialah hal yang sudah usang diidamkan, “Saya mengenal karya Edwin semenjak lama  dan kemudian banyak berguru dari film ini sebab proses kerja Edwin yang terbuka terhadap pendapat para pemain perihal karakternya. Edwin ialah pendengar yang baik. Kami banyak berdialog perihal bagaimana sebaiknya membentuk abjad Aruna.”

Selain akting, film ini juga memuat musik yang nostalgik. Penata musik Ken Jenie dan Mar Galo menentukan lagu-lagu lawas bernuansa pop jazz yang tak gila di indera pendengaran pencinta musik Indonesia. Film ini memuat soundtrack menyerupai “Aku Ini Punya Siapa” dari Januari Christy, lagu milik Jingga yang dinyanyikan ulang oleh Fe Utomo “Tentang Aku”, kemudian tembang ciptaan Andre Hehanusa dan Adjie Soetama yang dulu dipopulerkan oleh Rida Sita Dewi dan sekarang dibawakan ulang oleh Monita Tahalea “Antara Kita”.

Selain lagu-lagu tersebut, ada juga lagu gres yang mempunyai kesan romantik menyerupai lagu dari Yura Yunita “Takkan Apa” dan dua lagu dari Mondo Gascaro yaitu “Lamun Ombak” (berduet dengan Aprilia Apsari/White Shoes & The Couples Company) dan satu lagu yang khusus diciptakan untuk film “Lebuh Rasa”.

Sebagai persembahan kedua dari Palari Films, Meiske Taurisia dan Muhammad Zaidy selaku produser berharap film ini sanggup diterima penonton luas. Menyusul film Posesif yang mendapat tiga Piala Citra untuk Sutradara Terbaik, Aktris Utama Terbaik, dan Aktor Pendukung Terbaik, film Aruna dan Lidahnya tetap mengusung semangat untuk menciptakan sesuatu yang bermutu bagi penonton film Indonesia.

“Setelah tahun sebelumnya hadir dengan Posesif yang memperlihatkan dimensi gres untuk film remaja, tahun ini Palari Films masih berkomitmen menyuguhkan kualitas melalui drama romantis berbalut masakan yang menjadikan senyum simpul bagi penonton film Indonesia,” ujar Muhammad Zaidy.

Meiske Taurisia menyampaikan, “Di Aruna dan Lidahnya kita mengangkat pembicaraan sehari-hari yang tampaknya remeh temeh padahal mempunyai kedalaman yang sanggup memperkaya pengalaman hidup. Sepenggal momen kecil dalam hidup pun sanggup berdampak panjang ke kehidupan di masa datang. Semoga penonton sanggup menikmati percakapan dalam filmnya dan relasi persahabatan dan cinta di dalamnya.”

Perpaduan kuliner yang enak dan obrolan bermutu yang disajikan oleh Aruna dan Lidahnya siap disantap di bioskop pada 27 September. Dipastikan film ini akan menciptakan laper dan baper para penikmatnya.

Film disutradarai oleh Edwin, ditulis skenarionya oleh Titien Wattimena. Produser ialah Meiske Taurisia dan Muhammad Zaidy. Pengarah sinematografi ialah Amalia TS, penyunting gambar W. Ichwandiar Dono. Produksi Palari Films didukung oleh GO-STUDIO Original, CJ Entertainment, Phoenix Films, dan Ideosource Entertainment.

Para pemeran Aruna dan Lidahnya juga akan menyambangi lima belas kota mulai 21 September hingga 6 Oktober untuk bercengkrama bersama penonton. Kota-kota yang akan didatangi ialah Bandung, Malang, Surabaya, Solo, Jogjakarta, Jakarta, Bekasi, Depok, Cibubur, Pontianak, Palembang, Makassar, Semarang, Padang, dan Medan.

Tonton Aruna dan Lidahnya yang kaya rasa: kuliner, cinta, persahabatan, intrik konspirasi di bioskop Indonesia. Rileks dan menyenangkan, sajian yang nikmat untuk disantap beramai-ramai.

Tentang Palari Films

Palari Films ialah rumah produksi film yang didirikan pada 2016 di Jakarta oleh dua
produser Meiske Taurisia dan Muhammad Zaidy. Produksi mereka yang pertama adalah
Posesif (2017), disutradarai oleh Edwin dan memenangkan tiga Piala Citra di Festival Film Indonesia untuk kategori Sutradara Terbaik, Aktris Terbaik, dan Aktor Pendukung Terbaik. Film tersebut mendapat ulasan cantik di aneka macam media besar Indonesia menyerupai Tempo, Kompas, dan Rolling Stone Indonesia. Posesif menempatkan Palari Films dalam lanskap industri film Indonesia. Selain kesuksesan di tingkat nasional, Posesif juga dipilih tayang di Singapore International Film Festival 2017, Hong Kong International Film Festival 2018, Osaka Asian Film Festival 2018, dan CinemAsia Film Festival 2018 di Amsterdam.

Sumber https://www.zeevorte.net/