Rabu, 25 Maret 2015

Reaksi Asam Basa 1 - Laporan Praktikum Kimia Dasar

Laporan Praktikum Kimia Dasar (Reaksi Asam Basa 1) - laporan ini bertujuan Menetukan dan mempelajari pemakaian ekstrak tumbuh-tumbuhan sebagai indikator, Mempelajari cara penentuan pH dengan trayek perubahan warna dan Membuat larutan ekstrak tumbuh-tumbuhan.

ACARA II

REAKSI ASAM BASA I


A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

1.Tujuan Praktikum       
a. Menetukan dan mempelajari pemakaian ekstrak tumbuh-tumbuhan sebagai indikator.
b. Mempelajari cara penentuan pH dengan trayek perubahan warna.
c. Membuat larutan ekstrak tumbuh-tumbuhan.

2.Waktu Praktikum       
(hari, tanggal)

3.Tempat Praktikum       
(..........)

B. LANDASAN TEORI

Konsep asam-basa sanggup dikatakan masih bersifat alami. Senyawa bersifat asam jika mempunyai rasa masam, sanggup mengubah indikator lakmus kertas biru menjadi merah, jika ditambah logam sanggup melepaskan gelembung-gelembung gas hidrogen, hingga disimpulkan senyawa bersifat asam mengandung ion hidrogen. Hingga asam sanggup dirumuskan dengan HX, X yaitu gugus yang terikat oleh hidrogen. Senyawa bersifat basa jika mempunyai rasa pahit, sanggup mengubah indikator lakmus merah menjadi biru, dan senyawa mengandung gugus hidroksi, OH-. Hingga basa sanggup dirumuskan MOH, M yaitu gugus yang terikat oleh OH (Sastrohamidjojo, 2005 : 257).

Teori asam-basa yang paling sederhana pada awalnyaq ditemukan oleh Swante Arrhenius pada 1884. Menurut teori Arrhenius, asam yaitu spesies yang mengandung ion-ion hidrogen H+ atau H2O+, dan basa yaitu spesies yang mengandung ion-ion hidroksida OH-. Namun demikian, dalam teori ini terdapat dua kelemahan utama yaitu yang menyangkut tentang duduk kasus pelarut dan duduk kasus garam (Sugiarto, 2001 : 41).

Kotak bjjerrum dibagi dalam 2 kepingan berdasarkan diagonal. Sel yang berisi larutan yang akan ditentukan pH-nya (volumenya seperlima dari volume kotak) diletakkan diatas kotak. Salah satu kepingan kotak diisi dengan basa, yang lainnya diisi dengan asam. Kedalam kedua kepingan kotak tersebut diberi sejumlah indikator. Sel diisi dengan larutan yang akan diuji, diletakkan diatas kotak dan digeser sepanjang kepingan atas kotak hingga warna larutan dalam sel sama dengan warna yang terlihat dari depan kotak (Achmad, 2001 :160).

Bila dalam badan terdapat penambahan asam, pH akan turun lantaran asam akan ditangkap oleh unsure basa dari system penyangga sehingga perubahan pH sanggup dinetralkan. Demiari system kian juga sebaliknya jika dalam badan terjafdi penambahan basa, pH akan naik, basa akan diikatakn oleh asam dari sistem penyangga (Suryadi, 2012).
Perubahan nilai pH laryatn asam terhadap penambahan larutan basa mempunyai sifat nonlinear. Pada umumnya pengendalian PID dipakai pada proses uyang linear. Namun demikian, pada pengendalian pH merupakan proses nonlinear ini akan diterapkan autoswitch PID sebagai solusinya (Kurniawan,2013).

C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM

1. Alat-alat Praktikum
  • Corong kecil, besar
  • Gelas kimia 25 mL
  • Gelas kimia 50 mL
  • Gelas ukur 100 mL
  • Kertas saring
  • Kotak bjerrum
  • Mortar + penggerus
  • Penggaris
  • pH stick
  • Pipet tetes
  • Pipet volume
  • Plat tetes
  • Rak tabung reaksi
  • Ruber bulb
  • Sel percobaan
  • Spatula
  • Tabung reaksi
  • timbangan analitik

2. Bahan-bahan Praktikum
  • Aquades
  • Asam borat 2 %
  • Ekstrak kembang sepatu
  • Indicator brom kresol hijau
  • Larutan CH3COOH 0,1 M
  • Larutan CH3COOH 20 mL : CH3COONa 80 mL
  • Larutan CH3COOH 30 mL : CH3COONa 70 mL
  • Larutan CH3COOH 40 mL : CH3COONa 60 mL
  • Larutan CH3COOH 50 mL : CH3COONa 50 mL
  • Larutan CH3COOH 60 mL : CH3COONa 40 mL
  • Larutan CH3COOH 70 mL : CH3COONa 30 mL
  • Larutan CH3COOH 80 mL : CH3COONa 20 mL
  • Larutan etanol 95 %
  • Larutan H2SO4
  • Larutan HCl 0,1 M
  • Larutan Na2CO3 5 %
  • Larutan NaCl 5 %
  • Larutan NaOH 0,1 M
  • Mahkota bunga sepatu
  • NaHCO3 5 %


D. PROSEDUR KERJA

1. Pembuatan ekstrak tumbuh-tumbuhan untuk indicator
  • Mahkota bunga sepatu ditimbang hingga 1-2 gram, kemudian dipotong-potong sekecil mungkin.
  • Potongan bunga tersebut dimasukkan ke dalam mortar, kemudian digerus kemudian ditambahkan 5-10 mL etanol.
  • Hasil gerusan tersebut disaring dalam tabung reaksi memakai kertas saring.
  • Ekstrak bunga tersebut dijadikan sebagai larutan indicator untuk beberapa percobaan selanjutnya.

2. Penentuan trayek perubahan warna
  • Di atas plat tetes, diteteskan larutan baku 1 tetes.
  • Kemudian ditambahkan 1 tetes larutan ekstrak bunga.
  • Nilai pH yang memperlihatkan perubahan warna dari tetesan cairan yang diperiksa dicatat.

3. Pemakaian ekstrak tumbuh-tumbuhan sebagai indicator
  • Diteteskan 25 tetes larutan HCl 0,1 M ke dalam tabung reaksi, yang kemudian ditambahkan 2 tetes ekstrak kembang sepatu.
  • Diteteskan larutan NaOH 0,1 M ke dalam larutan di atas tetes demi tetes hingga terjadi perubahan warna larutan.
  • Dicatat berapa tetes yang diharapkan untuk perubahan warna larutan.

4. Penentuan pH dengan indicator
  • Digunakan kotak bjerrum yang terdiri dari dua bagian.
  • Ke dalam kotak bjerrum tersebut diisi masing-masing kepingan kotak dengan larutan NaOH 0,1 M dan larutan HCl 0,1 M.
  • Pada larutan asam dan basa di atas ditambahkan larutan indicator brom kresol hijau (untuk setiap 50 mL larutan diteteskan 5 tetes).
  • Ke dalam sel percobaan dimasukkan 25 mL larutan buffer menyerupai yang tertulis pada table 5 yang kemudian ditambahkan 5 tetes larutan indicator.
  • Warna larutan pada sel percobaan dibandingkan dengan warna larutan dalam kotak bjerrum.
  • Tempat kotak bjjerum ditandai dimana warna larutan dalam kotak bjjerum mempunyai warna yang sama dalam larutan sel percobaan kemudian diukur jarak dan tepi kotak ke kawasan sel.
  • pH dari larutan dalam sel dihitung dengan memakai rumus yang telah diberikan.

E. HASIL PENGAMATAN

(Terlampir).

F. ANALISIS DATA

(Terlamir).


Untuk Hasil Pengamatan dan Analisis data sanggup di download dengan mengklik ling berikit "Klik Disini".

G. PEMBAHASAN

Pada praktikum program 2 ini , yakni reaksi asam-basa,bertujuan untuk mempelajari pemakaian ekstrak tumbuh-tumbuhan sebagai indicator penentuan pH larutan , memilih pH larutan dengan indicator dan larutan buffer , serta mengetahui perubahan warna yang terjadi pada larutan asam baasa sesudah di uji dengan indicator. Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan serangkaian percobaan yaitu pembuatan ekstrak tumbuh-tumbuhan untuk indicator , memilih trayek perubshsn warns , pemakaian ekstrak tumbuhan sebagai indicator , dan penentuan pH dengan indicator.

Asam secara umum merupakan senyawa kimia yang jika di larutkan dalam air akan menghasilkan laruat nyang lebih kecil dari 7. Senyawa ini mempunyai rasa masam, yang mengubah indicator kertas lakmus biru menjadi merah. Sedangkan basa secara umum yaitu senyawa kimia yang menyerap ion hidronium ketika di larutkan dalam air. Basa yaitu lawan dari asam, ditunjukkan untuk unsure atau senyawa ki ia yang mempunyai pH lebih dari 7. Basa mempunyai rasa pahit yang mengubah indicator lakmus merah menjadi biru.

Menurut teori asam Arrchenius, asam yaitu zat yang dalam air melepas kan ion H+, sedangkan basa yaitu zat dalam air melepaskan ion OH-. Kaprikornus pembawaan sifat asam yaitu ion H+, sedangkan pembawaan sifat basa yaitu ion OH+. Mrnurut teori asam basa Lewis asam yaitu senyawa penerima (akseptor) pasangan electron, sedangakan basa yaitu senyawa pemberi (donor) pasangan electron.

Indicator asa basa mempunyai rentan atau trayek indicator. Suatu larutan yang ditetesi indicator akan menghasil kan warna tertentu. Selanjutnya warna ini dicocokkna dengan table warna yang memperlihatkan harga pH tertentu sebagai asumsi harga pH. . Indikator asam basa yang biasa dipakai di laboratorium di antaranya yaitu metil jingga, fenolftalein, dan brom timol biru. Indikator-indikator ini lazim disebut indikator laboratorium. Beberapa materi alam sanggup dipakai sebagai indikator asam basa. Beberapa materi alam tersebut diantaranya kunyit, mahkota bunga sepatu, bunga mawar, dan kubis merah.

Percobaan pertama yaitu pembuatan ekstrak tumbuh-tumbuhan sebagai indikator. Dalam percobaan ini ekstrak tumbuh-tumbuhan diperoleh dari zat-zat warna yang terkandung dalam mahkota bunga kembang sepatu. Bunga kembang sepatu sanggup dijadikan indikator lantaran mempunyai zat warna yang disebut antosianin yang bisa memperlihatkan perubahan warna terhadap larutan asam maupun larutan basa. Ketika di dalam larutan asam akan berwarna merah, sedangkan di dalam larutan basa akan memperlihatkan warna hijau, dan di dalam larutan netral tidak berwarna atau bening. Zat-zat warna dari bunga kembang sepatu sanggup diperoleh dengan cara melumatkan atau menghancurkan potongan-potongan mahkota bunga kemudian ditambah dengan etanol 95%. Penambahan etanol ini bertujuan untuk melisiskan dinding sel mahkota bunga, mendispersi komponen-komponen zat terlarut dalm mahkota bunga, serta mempercepat proses ekstraksi semoga zat-zat warna dalam mahkota bunga sanggup keluar dan tercampur bersama alkohol. Dalam percobaan ini dipakai 2 gram mahkota bunga kembang sepatu yang berwarna merah dan sesudah dilarutkan dengan etanol dan kemudian disaring, didapatkan filtrat (ekstrak tumbuh-tumbuhan) yang berwarna ungu.

Percobaan kedua yaitu penentuan trayek perubahan warna. Dalam percobaan ini, indikator asam basa yang dipakai yaitu pH stick dan ekstrak bunga kembang sepatu yang dibentuk pada percobaan pertama. pH stick merupakan indikator asam basa yang termasuk indikator universal. Indikator ini mempunyai warna standar yang berbeda untuk setiap nilai pH dari 1 hingga 14. Fungsinya yaitu untuk menyidik derajat keasaman (pH) suatu zat secara akurat. Larutan uji yang dipakai dalam percobaan ini yaitu larutan baku. Larutan baku aau larutan standar yaitu larutan yang konsentrasinya sudah diketahui. Larutan baku biasanya berfungsi sebagai titran. Larutan baku yang dipakai antara lain larutan H2SO4 0,1M dengan pH bekerjsama yaitu 1; larutan CH3COOH 0,1 M dengan pH bekerjsama sama dengan 3; asam borat 2% dengan pH bekerjsama sama dengan 5; larutan NaCL 5% dengan pH bekerjsama sama dengan 7; larutan NaHCO3 5% dengan ph bekerjsama sama dengan 8,3; larutan Na2CO3 5% dengan pH bekerjsama sama dengan 10,6; dan larutan NaOH 0,01 M dengan pH bekerjsama sama dengan 12. Setelah ditetesi indikator ekstrak tumbuhan, larutan baku pada plat tetes mengalami perubahan warna. Warna awal semua larutan yaitu bening atau tidak berwarna. Larutan H2SO4 0,1 M berubah warna menjadi orange dengan pH hasil pengamatan dengan pH stick yaitu 1. Larutan CH3COOH 0,1 M berubah warna menjadi pink dengan pH hasil pengamatan sama dengan 4. Asam borat 2% berubah warna menjadi ungu dengan pH hasil pengamatan sama dengan 4. Larutan NaCl 5% berubah warna menjadi pink muda dengan pH hasil pengamatan sama dengan 7. Larutan NaHCO3 berubah warna menjadi abu-abu dengan pH hasil pengamatan sama dengan 9. Larutan Na2CO3 berubah warna menjadi hijau dengan pH hasil pengamatan sama dengan 11. Larutan NaaOH 0,01 M berubah warna menjadi hitam dengan pH hasil pengamatan sama dengan 11,5. Menurut perubahan warna yang terjadi pada larutan H2SO4 0,1 M; larutan CH3COOH 0,1 M; dan asam boat 2% memperlihatkan bahwa larutan-larutan baku tersebut bersifat asam akhir dampak dari ekstrak bunga kembang sepatu yang memperlihatkan warna merah pada lingkungan asam. Sedangkan larutaan NaHCO3 5%, Na2CO3 5%, dan larutan NaOH 0,01 M bersifat basa lantaran sesudah ditetesi ekstrak bunga kembang sepatu berubah warna menjadi hijau maupun abu-abu, serta larutan NaCl 5% disimpulkan bersifat netral lantaran memperlihatkan perubahan warna yang nyaris bening atau tak berwarna sesudah ditetesi ekstrak bunga. Perubahan-perubahan warna tersebut memperlihatkan bahwa ekstrak bunga kembang sepatu sanggup memperlihatkan warna yang berbeda-beda pada kondisi pH yang berbeda-beda. Sedangkan penentuan pH larutan baku memakai pH stick diperoleh beberapa hasil pengamatan pH yang berbeda dengan pH sebenarnya, antara lain larutan CH3COOH 0,1 M; larutan NaHCO3 5%; larutan Na2CO3 5%; dan larutan NaOH 0,01 M. Hal ini disebabkan lantaran pengukuran pH dengan ph stick tidak cukup akurat. Selain itu, faktor ketelitian praktikan dalam mencocokkan warna pada pH stick dengan skala warna pH juga merupakan faktor penyebab terjadi kesalahan nilai pH pada beberapa larutan baku.

Percobaan ketiga yaitu pemakaian ekstrak tumbuh-tumbuhan sebagai indikator, dilakukan proses titrasi. Titrasi merupakan suatu metode yang dipakai untuk memilih konsentrasi suatu zat dengan zat yang lainnya dimana zat ini telah diketahui konsentrasinya. Titrasi pada percobaan ini merupakan titrasi asam basa yang melibatkan asam berpengaruh dan basa berpengaruh yaitu HCl 0,1 M dan NaOH 0,1 M. Dalam percobaan ini dipakai indikator asam basa yaitu ekstrak bunga kembang sepatu. Warna awal larutan HCl 0,1 M yaitu bening, warna larutan NaOH juga bening, dan warna ekstrak tumbuhan yaitu ungu. Setelah ditetesi dengan ekstrak tumbuhan, larutan HCl 0,1 M berubah warnanya menjadi pink. Jumlah tetesan HCl yang dipakai yaitu 25 tetes. Kemudian sesudah ditambahkan larutan larutan NaOH 0,1 M sebanyak 38 tetes, warna larutan berubah kembali menjadi bening. Hal ini disebabkan lantaran titrasi ini melibatkan pencampuran larutan HCl yang merupakan asam berpengaruh dan larutan NaOH yang merupakan basa berpengaruh dan pencampuran ini merupakan reaksi penetralan. Setiap tetes larutan basa yang diteteskan pada larutan HCl akan bereaksi dan penetesan tersebut dilarang pada ketika jumlah mol H+ setara dengan jumlah mol OH-, pada ketika itu larutan bersifat netral dan disebut berada pada titik ekivalensi. Titik ekivalen sanggup diketahui dengan memakai suatu indikator yang sanggup mengubah warna larutan. Saat terjadi perubahan warna pada larutan, penetesan dihentikan. Hal ini disebut titik simpulan titrasi. Pada reaksi atau percobaan ini jumlah tetesan basa berpengaruh yang diharapkan harusnya sama dengan jumlah tetesan asam berpengaruh yang digunakan. Namun, terjadi kesalahan pada percobaan ini yaitu jumlah tetesan NaOH yang dibutuhkan untuk mengubah warna larutan HCl menjadi bening kembali jauh lebih besar atau banyak dari jumlah yang seharusnya dibutuhkan. Hal ini dikarenakan pada percobaan ini dipakai indikator ekstrak bunga dengan cara pembuatan yang sederhana yang mengakibatkan pada titik ekivalensi perubahan warna pada larutan kurang terang dan menjadikan dibutuhkannya larutan NaOH yang lebih banyak untuk mengubah warna larutan HCl menjadi bening kembali. Adapun reaksi kimia yang terjadi pada percobaan ini adalah:

HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)

Pada percobaan keempat, yaitu penentuan pH dengan indikator. Dalam percobaan ini dipakai larutan buffer yang akan ditentukan pHnya. Larutan buffer ini mengandung ion asetat dan asam asetat dengan perbandingan yang bervariasi antara lain 20:80, 30:70, 40:60, 50:50, 60:40, 70:30, dan 80:20. Alat yang dipakai dalam percobaan ini yaitu kotak bjerum dan sel percobaan. Kotak bjerum yaitu kotak yang mempunyai dua kepingan berbentuk segitiga dimana pada salah satu bagiannya diisi dengan larutan basa dan pada kepingan lainnya diisi dengan larutan asam. Kotak ini berfungsi sebagai pembanding warna larutan pada kotak sel percobaan. Larutan yang terdapat pada kotak sel percobaan yaitu larutan buffer yang akan ditentukan pHnya. Bagian pertama pada kotak bjerum diisi dengan larutan HCl 0,1 M yang warna awalnya bening dan pada kepingan lainnya diisi dengan larutan NaOH 0,1 M yang warna awalnya bening. Setelah ditetesi larutan indikator brom kresol hijau warna larutan HCl menjelma kuning yang berarti larutan tersebut bersifat asam dan larutan NaOH berubah warna menjadi biru yang berarti larutan bersifat basa. Dilihat pada kepingan depan kotak (bagian panjang) terlihat gradien warna pada kepingan tengah kotak bjerum berwarna kehijauan. Larutan buffer dimasukkan dalam sel percobaan, ditetesi dengan larutan indikator brom kresol hijau, diletakkan di atas kotak bjerum dan dicocokkan warnanya. Setelah ditemukan kepingan warna yang cocok, diukur jarak sel percobaan dari tepi kotak. Hal ini bertujuan untuk memperoleh nilai a dan b yang nantinya dipakai pada rumus penentuan pH larutan buffer yaitu:

pH = pKa + log a/b

Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis data diperoleh nilai pH larutan buffer mendekati nilai pH sebenarnya. Larutan buffer dengan perbandingan 20:80 mempunyai pH bekerjsama yaitu 4,05; sedangkan nilai pH perhitungan yaitu 4,08763 dengan % error sebesar 0,929%. Larutan buffer dengan perbandingan 30:70 mempunyai pH bekerjsama yaitu 4,32; sedangkan nilai pH perhitungan yaitu 4,14267 dengan % error sebesar 4,105%. Larutan buffer dengan perbandingan 40:60 mempunyai nilai pH bekerjsama yaitu 4,50; sedangkan nilai pH perhitungan yaitu 3,97882 dengan % error sebesar 11,582%. Larutan buffer 50:50 mempunyai nilai pH bekerjsama 4,61 sedangkan nilai pH perhitungan yaitu 3,88740 dengan % error sebesar 15,675%. Larutan buffer 60:40 mempunyai nilai pH bekerjsama 4,82 sedangkan nilai pH perhitungan yaitu 3,77860 dengan % error sebesar 21,606%. Larutan buffer 70:30 mempunyai nilai pH bekerjsama 5,00 sedangkan nilai pH perhitungan yaitu 3,94391 dengan % error sebesar 21,122%. Larutan buffer 80:20 mempunyai pH bekerjsama 5,25 sedangkan nilai pH perhitungan yaitu 4,07315 dengan % error sebesar 22,416%. Pada perhitungan nilai % error yang didapatkan cukup kecil sehingga sanggup disimpulkan bahwa nilai pH dan pengamatan yang diperoleh cukup akurat, lantaran semakin kecil nilai dari % error maka tingkat kesalahan yang dilakukan semakin kecil dan begitu pula sebaliknya.

H. KESIMPULAN

Berdasarkan serangkaian percobaan yang telah dilakukan, maka sanggup disimpulkan bahwa:
  • Ekstrak tumbuh-tumbuhan sanggup dipakai sebagai indikator penentu pH larutan lantaran mengandung zat-zat warna antosianin yag sanggup memperlihatkan perubahan warna yang berbeda pada pH yang berbeda, contohnya ekstrak bunga kembang sepatu.
  • Indikator ekstrak tumbuhan memperlihatkan warna merah pada larutan asam dengan pH < 7, memperlihatkan warna hijau pada larutan basa dengan pH > 7, dan memperlihatkan warna ungu pudar mendekati bening pada larutan netral dengan pH = 7. pH larutan pada larutan buffer berbeda-beda berdasarkan banyaknya perbandingan ion asetat dan asam asetat yang digunakan.
  • Perubahan warna pada larutan asam dan basa sanggup diketahui dengan menambah indikator contohnya ekstrak tumbuhan dan brom kresol hijau. Indikator brom kresol hijau akan berwarna kuning pada larutan asam dan berwarna biru pada larutan basa.


DAFTAR PUSTAKA


  • Kurniawan,Hariadi dan Hendra Cardova.2013.Rancabg Bangun Auto Switch PID Pada Sistem ILFM Untuk Proses Netralisasi Ph. Surabaya;ITS.
  • Sastrohamidjojo , Hardjono.2010. Kimia Dasar Edisi Ke_2. Yogyakarta: Bulaksumur.
  • Sugiarto. 2001. Dasar – Dasar Kimia Anorganik Non – Logam. Yogyakarta: UNY.
  • Suryadi,dkk.2013.pengaruh HES 6% dalam laruatn berimbangd dengan HES 6% dalam larutan NaCl 0,9% terhadap pH, strong ion difference dan klorida pada pasien bedah sesar anestesi spinal.semarang:Undip.

Baca Juga: Laporan Praktikum Kimia Dasar 1
Laporan Praktikum Kimia Dasar 1 - Kesetimbangan Kimia
Laporan Praktikum Kimia Dasar 1 - Penentuan Tetapan Gas dan Volume Molar Oksigen
Laporan Praktikum Kimia Dasar 1 - Penentuan Massa Atom Relatif Magnesium (Mg)
Laporan Praktikum Kimia Dasar 1 - Termokimia Update 2017
Laporan Praktikum Kimia Dasar 1 - Reaksi-Reaksi Kimia Update 2017
Laporan Praktikum Kimia Dasar 1 - Pemisahan dan Pemurnian (Acara 1)



Baca Juga :  Laporan Praktikum Kimia Dasar 2
Laporan Praktikum Pembuatan Larutan - Laporan Praktikum Kimia Dasar 2
Reaksi Asam Basa 1 - Laporan Praktikum Kimia Dasar

Itulah artikel mengenai " Laporan Praktikum Reaksi Asam Basa 1 - Laporan Praktikum Kimia Dasar 2" semoga artikel ini bermanfaat.

Jangan Lupa Follow untuk tetap mendapat update artikel berikutnya.