Minggu, 07 Februari 2016

Bali Sebagai Pulau Neraka



Kuta Bali

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Inilah artikel di majalah Time yang menciptakan Pemprov Bali meradang. Judul artikel itu, 'Holidays in Hell: Bali Ongoing Woes'. Artikel ditulis oleh Andrew Marshall. Dalam tulisannya, Andrew membahas sejumlah problem yang melilit Pulau Bali. Pulau yang berdasarkan ia masih menjadi tujuan wisata internasional, bahkan dianggap negara lain di Indonesia. Namun, Andrew menilai, infrastruktur pulau kurang cepat mengantisipasi perubahan pariwisata Bali. Andrew membuka tulisannya dengan kotornya pantai Kuta, salah satu lokasi wisata paling ramai di Bali.
Lihat Selengkapnya
Musim hujan yang cukup deras di Bali membuang sungai meluap. Alhasil sampah-sampah yang ada di sungai terbawa ke laut. Termasuk kotoran manusia. Sampah-sampah itu lantas berakhir di Pantai Kuta.
Ini menciptakan awal Maret kemudian otoritas Pantai Kuta melarang turis berenang di pantai tersebut lebih dari 30 menit. Khawatir terkena jerawat kulit. Selain problem polusi di pantai, lanjut Marshall, Bali juga mengalami problem kekurangan air, listrik mati hidup, sampah yang berserakan, drainase, sampai kemacetan serta kriminalitas.
Marshall menyandingkan kemacetan di Bali mirip di Jakarta. Sementara soal kriminalitas yang menyasar ke turis asing, semenjak Januari kemudian Polda Bali, berdasarkan Marshall, menerapkan tembak ditempat bagi kriminal.
Menurut Marshall, salah satu problem utama Bali yaitu kebanyakan turis. Pada 2001, Bali didatangi 1,3 juta turis asing. Sepuluh tahun kemudian, meski sudah ada Bom Bali I dan II, turis yang tiba ke Bali melesat mencapai dua juta orang per tahun. Ini belum terhitung jutaan turis lokal.
Dampak dari turis ini yaitu pembangunan infrastruktur yang marak. Hotel dan sentra belanja tiba-tiba muncul di mana-mana. Sebaliknya, pembangunan ini kurang memperhitungkan infrastruktur pendukung mirip jalan, listrik, selokan, parkir.  "Infrastruktur Bali tidak dapat menyamai laju pembangunannya,: kata Ron Nomura, Direktur Marketing Asosiasi Hotel Bali.

Sumber http://ronald-koeman.blogspot.com/