A. Ash Handling Plant
Ash Handling Plant yaitu peralatan bantu dari sebuah PLTU berbahan bakar batubara untuk menampung bubuk sisa hasil pembakaran yang kemudian menyalurkannya ketempat pembuangan final (Ash Valley). Pada System Ash Handling bubuk dibagi menjadi dua yaitu Fly Ash (abu kering) dan Bottom Ash (abu basah). Ash Handling Plant memiliki alat yang berfungsi sebagai penangkap bubuk sisa pembakaran, yaitu Electrostatic Precipitator (ESP). Batubara yang dialirkan ke dalam ruang bakar menghasilkan gas buang yang mengandung partikel abu. Sebelum dibuang ke atmosfir, gas buang yang mengandung partikel bubuk melewati suatu ruang yang di dalamnya terdapat pelat-pelat yang sanggup menangkap partikel abu. Pelat tersebut dialiri listrik searah (DC). Abu hasil tangkapan ESP disalurkan melalui AV pump untuk ditampung di dalam penampung (Silo) dan dimanfaatkan lebih lanjut.
Selain itu, Ash Handling Plant juga memiliki peralatan yang berfungsi sebagai penampung dan penyalur bubuk sisa pembakaran yang berasal dari ruang bakar (furnace) yaitu SSC (bak penampung bubuk yang berada di bab bawah ruang bakar). Batubara (serbuk) yang dimasukan ke dalam ruang bakar sebagian tidak terbakar dan bubuk yang tidak terhisap oleh IDF jatuh dan ditampung di bab bawah ruang bakar (Bottom Ash) dialirkan ke dalam kolam SSC. SSC diisi air yang berasal dari reuse water, untuk menjaga level dan temperature air, maka perlu disirkulasikan dan disupply terus menerus. SSC dilengkapi dengan pompa-pompa yang berfungsi mensirkulasikan air perapat tersebut.
Gambar Boiler dan Ash Handling Plant |
B. Bottom Ash System
Bottom ash system terdiri dari beberapa bab peralatan yaitu:
- Submerged Scrapper Conveyor (SSC)
- Bottom Ash Crusher
- Bottom Ash Belt Conveyor
- Bottom Ash Silo
- Bottom Ash Pump dan Slurry Mixer
Bottom Ash System |
1.B.1 Submerged Scrapper Conveyor (SSC)
Submerged Scrapper Conveyor (SSC) merupakan kolam penampung bubuk sisa pembakaran batubara yang berada di bab bawah ruang bakar/furnace. Selain itu juga berfungsi sebagai perapat (seal trough) ruang bakar, sehingga ruang bakar tidak bertekanan positif.
1.B.2 Bottom Ash Crusher
Crusher pada bottom ash system berfungsi untuk menghaluskan slag-slag yang berukuran besar.
1.B.3 Bottom Ash Belt Conveyor
Berfungsi untuk mengangkut bubuk keluaran dari crusher menuju bottom ash silo.
Bottom Ash Belt Conveyor |
1.B.4 Bottom Ash Silo
Bottom Ash Silo berfungsi sebagai tempat penampungan sementara bottom ash sebelum diangkut ke ash valley menggunanakan dump truck.
Bottom Ash Silo |
1.B.5 Bottom Ash Pump dan Slurry Mixer
Berfungsi untuk sirkulasi air reused water dari SSC menuju concentrator untuk dilakukan treatment sisa sisa bottom ash. Untuk selanjutnya, air hasil treatment tersebut disirkulasi kembali menuju SSC sebagai air perapat memakai reuse water pump.
Bottom Ash Pump dan Slurry Mixer |
C. Fly Ash System
Fly ash yaitu bubuk yang sangat ringan dan halus yang diperoleh dari hasil pembakaran batubara di dalam boiler. Abu tersebut harus dilakukan penanganan sebelum hingga ke cerobong/stack sehingga tidak mencemari lingkungan. untuk itu, diharapkan peralatan penangkap bubuk yang disebut electrostatic precipitator (ESP).
C.1 Electrostatic Precipitator (ESP)
Electrostatic Precipitator (ESP) yaitu alat yang dipakai untuk menangkap partikel-partikel (misalnya debu) dengan memakai prinsip elektrostatis. dari asal katanya, Precipitator yaitu alat yang dipakai untuk mengendapkan sesuatu. Sedangkan Electrostic yaitu sebuah fenomena listrik dimana muatan listrik berpindah dari satu potensial tinggi ke potensial rendah tanpa adanya bab yang bergerak.
Salah satu komponen terpenting dalam proses produksi di PLTU yaitu boiler yang berfungsi sebagai tempat untuk memanaskan air, sehingga menghasilkan uap yang nantinya dipakai untuk proses selanjutnya. Pada PLTU, uap ini dipakai untuk memutar turbin uap sebagai pencetus generator. Untuk melaksanakan kerja, boiler membutuhkan adanya panas yang dipakai untuk memanaskan air. Panas ini disuplai oleh bab yang disebut dengan ruang bakar atau furnace, dimana pada ruang bakar ini dilengkapi dengan alat pembakaran atau burner. Hasil pembakaran di ruang bakar tersebut mengandung banyak debu, mengingat materi bakar yang dipakai yaitu batubara, kemudian debu tersebut terbawa bersama gas buang menuju cerobong. Sebelum gas buang tersebut keluar melalui cerobong, maka gas buang tersebut melewati kisi-kisi suatu electrostatic precipitator (ESP).
Bagian-Bagian ESP |
Electrostatic precipitator terdiri dari beberapa bab yaitu:
1) Discharge electrode / emmitting wire
Dischagre electrode berfungsi sebagai potensial negatif yang akan mengionisasi bubuk dari hasil pembakaran yang awalnya bermuatan netral menjadi bermuatan negatif.
Emitting Wire |
2) Collecting electrode
Collecting electrode berfungsi sebagai potensial kasatmata penangkap bubuk yang telah bermuatan negatif sehingga akan jatuh ke hopper alasannya yaitu gravitasi.
Collecting Electrode |
3) High Voltage Transformer Rectifier
Berfungsi sebagai penyuplai tegangan listrik sehingga menghasilkan potensial negatif pada discharge electrode dan potensial posistif pada collecting electrode. untuk keperluan tersebut dibutuhkan sebuah trafo penaik tegangan dari 400V AC ke 72kV DC.
Peralatan Penaik Tegangan / Trafo Rectifier |
4) Rapper
Berfungsi sebagai penggedor/penghentakan bubuk yang masih melekat pada collecting electrode dan discharge electrode memakai pencetus berupa motor listrik. Pada ESP terdapat dua kelompok rapper yaitu rapper untuk collecting electrode dan rapper untuk discharge electrode.
Rapper untuk Collecting Electrode |
Rapper untuk Discharge Electrode |
5) Hopper
Berfungsi untuk menampung sementara fly ash yang sudah ditangkap oleh elektroda dan sebelum ditransfer menuju fly ash silo.
Fly Ash Hopper |
C.2 Prinsip Kerja ESP
Cara kerja dari electrostatic precipitator (ESP) yaitu sebagai berikut:
➤ Melewatkan gas buang (flue gas) melalui suatu medan listrik yang terbentuk antara discharge electrode dengan collecting electrode, flue gas yang mengandung butiran debu pada awalnya bermuatan netral dan pada dikala melewati medan listrik, partikel debu tersebut akan terionisasi sehingga partikel debu tersebut menjadi bermuatan negatif (-).
➤ Partikel debu yang bermuatan negatif (-) selanjutnya melekat pada pelat-pelat pengumpul (collecting electrode). Debu yang dikumpulkan di collecting electrode dipindahkan kembali secara periodik dari collecting electrode melalui suatu getaran (rapping). Debu ini kemudian jatuh ke kolam penampung (hopper), dan dipindahkan (transport) ke ash silo dengan memakai udara kompresi melalui AV pump.
Prinsip Kerja ESP |
Electroda-electroda ini dipasang secara vertical dan saling berhadapan. Discharge electroda (wire) dipasangkan pada suatu rangka sebagai suatu pengaman, setiap rangka dihubungkan satu dengan yang lainnya sebagai satu kesatuan kerja. Di dalam tempat penangkapan yang terdiri dari collecting electrode dan discharge electrode dibangkitkan suatu medan listrik yang cukup besar. Selain itu, molekul-molekul udara dipercepat gerakannya sehingga bertabrakan yang menjadikan electronnya terlepas dari orbitnya dan menjadi electron bebas. Bila tegangan yang dibangkitkan semakin besar, akan tercipta suatu corona dan electron bebas yang terbentuk semakin banyak.
Proses Pembentukan Medan Listrik
➤ Terdapat dua jenis electrode, yaitu discharge electrode yang bermuatan negatif (-) dan collecting electrode bermuatan kasatmata (+).
➤ Discharge electrode diletakkan diantara collector plate pada jarak tertentu (jarak antara discharge electrode dengan collector plate).
➤ Discharge electrode diberi listrik arus searah (DC) dengan muatan negatif, pada level tegangan antara 40 – 72 kV DC (sumber listrik awalnya yaitu 400 volt AC, kemudian dinaikkan oleh transformer menjadi sekitar 40 – 72 kV dan dirubah menjadi listrik DC oleh rectifier, diambil hanya potensial negatifnya saja).
➤ Collecting electrode ditanahkan (di-grounding) biar bermuatan positif.
➤ Dengan demikian, pada dikala discharge electrode diberi arus DC, medan listrik terbentuk pada ruang yang berisi tirai-tirai electrode tersebut dan partikel-partikel debu akan tertarik pada pelat-pelat tersebut. Gas higienis kemudian bergerak ke stack.
C.2.1 Monitoring Kondisi ESP
Untuk memantau kinerja ESP, perlu dilakukan monitoring dan recording data parameter-parameter operasi ESP menyerupai halnya:
- Voltage dan Current
- Opacity
- Temperature gas
- Flow rate dan distribusi gas
- Komposisi dan kandungan gas
D. Transportasi Fly Ash
Setelah proses penangkapan bubuk pada ESP, fly ash akan disalurkan ke fly ash silo melalui pipa-pipa. Fly ash yang sudah ditampung di ESP hopper akan disalurkan ke fly ash silo dengan cara pemberian udara compressor dan AV pump. Abu yang sudah hingga di fly ash silo ini akan dimanfaatkan lebih lanjut untuk diangkut memakai truck capsule.