Kamis, 19 Oktober 2017

Dampak Faktual & Negatif Homeschooling Bagi Anak

ABSTRAKSI
 Homeschooling adalah sebuah sarana pembelajaran yang dilakukan sendiri dan diluar sekolah formal. Homeschooling bisa disebut dengan sekolah mandiri. Sekolah yang mendidik anak secara terpusat dan membimbing anak sesuai dengan nilai-nilai yang ingin dikembangkan. Berbeda dengan sekolah-sekolah formal pada umumnya. Sekolah-sekolah formal pada umumnya terdiri dari banyak siswa dengan satu atau dua guru. Namun Homeschooling terdiri dari hanya satu, dua, atau hanya beberapa siswa. Homeschooling dapat dibimbing dengan satu guru, banyak guru, atau bahkan tanpa seorang guru.
 Homeschooling ini merupakan pendidikan yang sanggup menyesuaikan kondisi dan kebutuhan anak dan keluarga. Karena dengan sistem pengajaran yang terpusat pada seorang siswa, pembimbing bisa dengan gampang memahami huruf anak dan bisa menciptakan taktik strategi yang sesuai untuk anak Homeschooling ini cenderung menciptakan akseptor didik bisa beradaptasi dengan orang yang lebih renta dan cenderung terlindungi dari pergaulan bebas atau pergaulan yang tidak sesuai dengan norma, sebab akseptor didik mencar ilmu tidak dengan banyak orang 



KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya ,Sehingga Makalah Mata Kuliah Ilmu Sosial Dasar ini sanggup saya selesaikan guna sebagai salah satu kiprah yang diberikan dosen mata kuliah Ilmu Sosial Dasar sebagai salah satu mata kuliah softskill.
Sebelumnya, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pengajar matakuliah Ilmu Sosial Dasar yang telah memberi kesempatan kapada saya untuk mengumpulkan kiprah makalah ini, serta seluruh pihak yang telah memperlihatkan motivasi kepada saya untuk menyelesaikan makalah ini.
Saya sadar, bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, saya terus mengharapkan bimbingan dari dosen pengajar mata kuliah Ilmu Sosial Dasar. Agar dilain waktu, kiprah – tugas yang diberikan oleh Dosen Pengajar Mata Kuliah Ilmu Sosial Dasardapat saya kerjakan lebih baik lagi. Harapan saya, semoga makalah ini sanggup berkhasiat bagipara pembacanya. Akhirnya saya ucapkan terima kasih. Akhir kata. Wassalamualaikum.


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan ialah hal yang penting dalam hidup ini. Dengan pendidikan kita bisa balajar banyak hal. Kita sanggup melaksanakan kreatifitas-kreatifitas. Kita juga sanggup mencetak sebuah pribadi yang cerdas, mandiri, dan berwawasan. Hidup kita akan menjadi gelap tanpa ada pendidikan. Hidup tanpa pendidikan menciptakan seseorang tidak mengerti makna hidup, tidak mengerti tujuan hidup, dan buta akan segalanya.
Kini kita telah mengetahui ada banyak alternatif pendidikan untuk anak. Mulai dari pendidikan yang formal, non-formal, sampai informal. Sehingga menciptakan sebagian orang renta resah dalam menentukan jalur pendidikan yang terbaik untuk anak mereka. Para orang renta tentu menginginkan anak mereka mendapatkan pendidikan yang terbaik dan menjadi seorang anak yang bisa mempunyai pengetahuan yang bermanfaat. Mereka juga akan menentukan jalur pendidikan yang mereka anggap terbaik untuk anak mereka.
Dengan banyaknya jalur pendidikan yang ada di Indonesia bisa menciptakan para orang renta leluasa menentukan jalur pendidikan yang mereka anggap terbaik untuk anak mereka. Seperti halnya homeschoolingHomeschooling saat ini sudah menjadi istilah yang tidak gila lagi bagi kita. Homeschooling merupakan jalan pendidikan lain selain pendidikan formal. Homeschooling merupakan sekolah rumah. Homeschooling merupakan pendidikan yang dilakukan di luar sekolah-sekolah formal.
 Homeschooling ialah sebuah sarana pembelajaran yang dilakukan sendiri dan diluar sekolah formal.
Homeschooling bisa disebut dengan sekolah mandiri. Sekolah yang mendidik anak secara terpusat dan membimbing anak sesuai dengan nilai-nilai yang ingin dikembangkan. Berbeda dengan sekolah-sekolah formal pada umumnya. Sekolah-sekolah formal pada umumnya terdiri dari banyak siswa dengan satu atau dua guru. Namun homeschoolingterdiri dari hanya satu, dua, atau hanya beberapa siswa. Homeschooling dapat dibimbing dengan satu guru, banyak guru, atau bahkan tanpa seorang guru. 
1.2 BATASAN MASALAH
          Dampak Positif Homeschooling ,Dampak Negatif Homeschooling ,Persamaan dan Perbedaan Homeschooling dengan sekolah pada umumnya dan Faktor-faktor Orang renta lebih menentukan Homeschooling








BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Dampak Positif Homeschooling
Telah kita ketahui sebelumnya bahwa homeschooling adalah sekolah rumah yang cukup berbeda dengan sekolah-sekolah formal pada umumnya. Homeschooling adalah sekolah yang dilakukan di rumah atau eksklusif pada lingkungan yang ada. Homeschoolingbiasanya dilakukan dengan jumlah siswa yang tidak banyak. Homeschooling mendidik eksklusif pada obyek dan kenyataan yang ada dalam hidup. Lebih jelasnya ialah dengan obyek kehidupan yang aktual yang bisa eksklusif dirasakan atau dilihat oleh akseptor didik.
Pendidikan homeschooling ini ialah sarana pendidikan yang mandiri. Pendidikan yang mengupayakan akseptor didik mencar ilmu secara aktif dan mempunyai pengendalian diri. Peserta didik bisa mempunyai kepribadian yang tangguh, akhlak yang mulia, dan keterampilan-keterampilan yang diinginkan dan diperlukan oleh akseptor didik serta masyarakat.Homeschooling ini merupakan pendidikan yang sanggup menyesuaikan kondisi dan kebutuhan anak dan keluarga. Karena dengan sistem pengajaran yang terpusat pada seorang siswa, pembimbing bisa dengan gampang memahami huruf anak dan bisa menciptakan strategi-strategi yang sesuai untuk anak. Hal ini dilakukan biar anak bisa mendapatkan dan memahami sebuah pelajaran dengan seksama. Jika seorang anak tidak memahami dengan apa yang diajarkan pendidik, anak bisa eksklusif menanyakan atau bahkan mencari tahu apa yang dimaksud oleh pendidik. Dengan demikian seorang anak bisa memahami secara mendalam wacana pelajaran tersebut dan pengetahuan tersebut sanggup menempel dalam pribadinya.
Nadhirin (2008) beropini sebagai berikut.
Metode pembelajaran tematik dan konseptual serta aplikatif menjadi beberapa poin keunggulan homeschoolingHomeschooling memberi banyak keleluasaan bagi anak didik untuk menikmati proses mencar ilmu tanpa harus merasa tertekan dengan beban-beban yang terkondisi oleh sasaran kurikulum. Setiap siswa homeschooling diberi kesempatan untuk terjun eksklusif mempelajari materi yang disediakan, jadi tidak melulu membahas teori. Mereka juga diajak mengevaluasi secara eksklusif wacana materi yang sedang di bahas. Bahkan bagi siswa yang mempunyai ketertarikan di bidang tertentu, contohnya Fisika atau Ilmu alam, diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengadakan observasi dan penelitian sesuai ketertarikan mereka.Beberapa keunggulan lain homeschooling sebagai pendidikan alternatif, yaitu sebab sistem ini menyediakan pendidikan moral atau keagamaan, lingkungan sosial dan suasana mencar ilmu yang lebih baik, menyediakan waktu mencar ilmu yang lebih fleksibel. Juga memperlihatkan kehangatan dan proteksi dalam pembelajaran terutama bagi anak yang sakit atau cacat, menghindari penyakit sosial yang dianggap orang renta sanggup terjadi di sekolah menyerupai tawuran, kenakalan remaja (bullying), narkoba dan pelecehan. Selain itu sistem ini juga memperlihatkan keterampilan khusus yang menuntut pembelajaran dalam waktu yang usang menyerupai pertanian, seni, olahraga, dan sejenisnya, memperlihatkan pembelajaran eksklusif yang kontekstual, tematik, dan nonscholastik yang tidak tersekat-sekat oleh batasan ilmu. Homeschooling juga memperlihatkan metode pembelajaran yang lebih bebas, dimana anak didik tidak harus bersekolah dan jauh dari orangtuanya, serta bebas memakai sarana pembelajaran sendiri. Yang terpenting dalam ialah penanaman perilaku mental mencar ilmu sehingga anak didik bisa mencar ilmu dengan cara mereka sendiri serta mencar ilmu dari siapa saja dan apa saja. Anak didik bisa mencar ilmu menciptakan rumah kepada tukang bangunan, mencar ilmu mengolah sawah kepada petani, mencar ilmu memerah susu kepada peternak sapi, mencar ilmu berjualan kepada pedagang, tanpa harus terikat daerah dan waktu.
Peserta didik homeschooling bisa lebih sanggup berdiri diatas kaki sendiri sebab anak didik cenderung mencar ilmu sendiri dan menemukan sesuatu sendiri dengan dukungan pendidik. Peserta didik mencari tahu segala sesuatu yang ingin diketahuinya. Peserta didik menentukan apa yang disukainya dan apa yang tidak disukainya.
Peserta didik bisa mempunyai potensi yang lebih besar, sebab ia tidak terikat dengan standar-standar sekolah yang diatur oleh pemerintah. Di homeschooling peserta didik lebih bebas berkreasi, sebab akseptor didik sanggup melaksanakan apa yang ia inginkan yang tentunya itu ialah mendidik akseptor didik tersebut dan bisa menambah wawasan akseptor didik.
Dengan cara kerja homeschooling yang mendidik siswa untuk mandiri, berkreatifitas tinggi, dan mempelajari kehidupan yang secara langsung, maka siswa bisa lebih siap terjun kedalam dunia nyata. Hal ini sebab akseptor didik memperoleh sebuah pelajaran yang secara eksklusif menyangkut kehidupan sehari-hari.
Homeschooling ini cenderung menciptakan akseptor didik bisa beradaptasi dengan orang yang lebih renta dan cenderung terlindungi dari pergaulan bebas atau pergaulan yang tidak sesuai dengan norma, sebab akseptor didik mencar ilmu tidak dengan banyak orang. Peserta didik lebih tertutup dengan pergaulan diluar sana. Peserta didik mencar ilmu secara individu dan tidak tercemar dengan kehidupan bebas di luar sana. Peserta didik bisa beradaptasi dengan orang yang lebih renta dari diri mereka, sebab di dalam pembelajarannya akseptor didik lebih banyak berkomunikasi dengan orang-orang yang lebih renta dari mereka untuk menambah pengetahuannya sesuai dengan apa yang ia inginkan.
Selain itu homeschooling ini bersifat ekonomis. Dapat diubahsuaikan dengan kemampuan keluarga. Karena segala biaya dan kebutuhan diatur oleh keluarga itu sendiri, sehingga keluarga sanggup menentukan apa saja yang mereka perlukan.
Homeschooling tidak menuntut orang renta untuk serbatahu .Karena pembelajaran homeschooling  sanggup dilakukan di mana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja. Anak sanggup mencar ilmu wacana sesuatu yang ingin diketahuinya dengan mencari tahu hal tersebut sendiri maupun dengan dukungan orang lain.
Nadhirin (2008) beropini sebagai berikut.
Metode Homeschooling  ada 3 jenis ,yaitu :
1. Homeschooling tunggal adalah homeschooling yang dilaksanakan oleh orang renta dalam suatu keluarga tanpa bergabung dengan lainnya. Dalam hal ini orang renta terjun eksklusif sebagai guru menangani proses mencar ilmu anaknya, jikalau pun ada guru yang didatangkan secara privat hanya akan membimbing dan mengarahkan minat anak dalam mata pelajaran yang disukainya. Guru tersebut bisa berasal dari lembaga-lembaga yang khusus menyelengarakan program homeschooling, contonya ialah forum Asah Pena asuhan Kak Seto. Lembaga ini mempunyai tim yang namanya Badan Tutorial yang terdiri dari lulusan banyak sekali jenis profesi pendidikan.
2. Homeschooling majemuk adalah homeschooling yang dilaksanakan oleh dua atau lebih keluarga untuk acara tertentu sementara acara pokok tetap dilaksanakan oleh orang renta masing-masing.
3. Sementara homeschooling komunitas ialah campuran beberapa homeschoolingmajemuk yang menentukan silabus, materi ajar, acara pokok (olah raga, seni dan bahasa), sarana/prasarana dan jadwal pembelelajaran. Dalam hal ini beberapa keluarga memperlihatkan kepercayaan kepada Badan Tutorial untuk memberi materi pelajaran. Badan tutorial melaksanakan kunjungannya ke daerah yang disediakan komunitas.
Dweehan (2009) mengemukakan wacana kelebihan homeschooling sebagai berikut.
§  Lebih memperlihatkan kemandirian dan kreativitas individual bukan pembelajaran secara klasikal.
§  Memberikan peluang untuk mencapai kompetensi individual semaksimal mungkin sehingga tidak selalu harus terbatasi untuk membandingkan dengan kemampuan tertinggi, rata-rata atau bahkan terendah
§  Terlindungi dari tawuran, kenakalan, NAPZA, pergaulan yang menyimpang, konsumerisme dan jajan makanan yang malnutrisi.
§  Lebih bergaul dengan orang remaja sebagai panutan.
§  Lebih disiapkan untuk kehidupan nyata.
§  Lebih didorong untuk melaksanakan acara keagamaan, rekreasi/olahraga keluarga.
§  Membantu anak lebih berkembang, memahami dirinya dan kiprahnya dalam dunia aktual disertai kebebasan berpendapat, menolak atau menyepakati nilai-nlai tertentu tanpa harus merasa takut untuk menerima celaan dari sahabat atau nilai kurang.
§  Membelajarkan belum dewasa dengan banyak sekali situasi, kondisi dan lingkungan sosial.
§  Masih memperlihatkan peluang berinteraksi dengan sahabat sebaya di luar jam belajarnya
2.2 Dampak Negatif Homeschooling
Di dunia ini tidak ada yang sempurna. Demikian juga dengan pendidikan anak. Tidak ada yang bisa memeberikan pendidikan yang selalu berdampak positif. Setiap jalur pendidikan tentu mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh karena, itu kita tidak bisa menilai bahwa jalur-jalur tertentu ialah jalur yang selalu baik dan tidak mempunyai dampak yang negatif. Sehingga orang renta hanya bisa menentukan jalur yang mereka anggap terbaik untuk mereka dan anak mereka.
Selain mempunyai kelebihan, homeschooling juga mempunyai kekurangan. Misalnya akseptor didik dari homeschooling ini harus mempunyai komitmen yang berpengaruh antara siswa dengan pendidik wacana apa yang akan dipelajarinya, waktu-waktu dalam pembelajaran kapan saja, sarana-sarana apa yang ingin disediakan, situasi apa yang diinginkan, metode menyerupai apa yang disenangi akseptor didik, dan lain sebagainya. Salah satu kekurangan yang paling menonjol dari homeschooling adalah anak tidak bisa bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya.
Selain itu dalam homeschooling sangat menuntut kiprah orang renta dalam mendidik anak. Tanpa ada dukungan orang tua, pendidikan anak akan terasa percuma. Orang renta perlu memperhatikan huruf anak, perkembangan dari anak, dan impian anak. Hal ini bertujuan biar orang renta bisa berperan dengan baik dalam perkembangan anak.
Dalam homeschooling, orang renta tentu cenderung melindungi buah hatinya. Namun proteksi orang renta yang cenderung berlebihan ini justru menciptakan anak menjadi sulit dalam menuntaskan masalahnya sendiri. Anak akan mempunyai kemampuan yang terbatas dalam menuntaskan masalah-masalah sosialnya yang tidak dipikirkan sebelumnya, sebab anak kurang mempunyai pergaulan dengan belum dewasa yang seusianya, dan ia telah terbiasa mempunyai proteksi lebih dari orang tuanya.
Nadhirin (2008) menyatakan bahwa “kekurangan yang tidak bisa kita pungkiri ialah kurangnya interaksi dengan sahabat sebaya dari banyak sekali status sosial yang sanggup memperlihatkan pengalaman berharga untuk mencar ilmu hidup di masyarakat. Kemungkinan lainnya anak didik bisa terisolasi dari lingkungan sosial yang kurang menyenangkan sehingga akan kurang siap nantinya menghadapi banyak sekali kesalahan atau ketidakpastian.”
Dengan adanya interaksi dengan orang yang lebih renta saja, menciptakan anak menjadi sulit dalam bersosialisasi dengan orang yang seusianya. Anak hanya bisa berinteraksi baik dengan orang yang lebih renta darinya namun tidak bisa berinteraksi dengan baik dengan teman-teman sebayanya.
Anak menjadi tidak bisa bekerja dalam tim sebab kecenderungannya yang bekerja secara individu. Anak telah dididik secara sanggup berdiri diatas kaki sendiri dan secara individu menciptakan anak menjadi susah dalam bekerja sama. Anak hanya mempunyai pergaulan dengan orang renta atau pembimbingnya saja. Homeschooling membuat anak tidak mempunyai wawasan yang luas dalam artian si anak menjadi kurang pergaulan. Karena anak tertutup dengan pergaulan yang bebas diluar sana.

2.3 Persamaan dan Perbedaan Homeschooling dengan Sekolah pada Umumnya
Homeschooling dan sekolah pada umumnya mempunyai beberapa kesamaan. Beberapa kesamaan itu antara lain ialah sama-sama sebuah sarana pendidikan yang bertujuan untuk mendidik anak, homeschooling dan sekolah pada umumnya sama-sama sebuah media pembelajaran, homeschooling dan sekolah pada umumnya sama-sama mengantarkan anak pada tujuan pendidikan yang ingin dicapainya.
Selain itu homeschooling dan sekolah-sekolah umum juga mempunyai perbedaan. Perbedaan tersebut antara lain adalah:
§  Apabila sistem yang ada disekolah cenderung mempunyai standar-standar tertentu sedangkan pada homeschooling cenderung diubahsuaikan dengan kebutuhan dan kondisi keluarga tersebut.
§  Di sekolah umum  lebih berpedoman pada kurikulum, namun homeschooling tidak berpedoman pada kurikulum, melainkan lebih diubahsuaikan denan kondisi keluarga yang ada.
§  Jadwal mencar ilmu di sekolah telah ditentukan dan sudah mutlak, namun jadwal belajarhomeschooling adalah fleksibel. Jadwal belajar homeschooling dapat diatur sesuai dengan janji anak dan orang renta maupun pembina homeschooling.
§  Pada sekolah umum, guru mempunyai tanggung jawab atas akseptor didik. Para orang renta memperlihatkan kepercayaan kepada guru pembina. Sedangkan pada homeschoolingorang renta bertanggungajawab sepenuhnya atas anak. Orang renta harus selalu berpartisipasi dalam pendidikan anak.
§  Pada sekolah, kiprah orang renta dalam membimbing anak cemderung tidak maksimal, sebab pendidikan sekolah dijalankan oleh sistem dan guru. Sedangkan padahomeschooling peran orang renta sangat penting, sebab kiprah orang renta juga sangat menentukan keberhasilan pendidikan anak.

2.4 Faktor-Faktor Orang Tua Memilih Homeschooling
Orang renta tentu mempunyai alasan khusus dalam memilih homeschooling untuk anak mereka. Diantaranya ialah para orang renta kecewa dengan pendidikan formal. Mereka menganggap bahwa pendidikan formal gagal mendidik anak mereka. Pendidikan sekolah formal yang selalu memprioritaskan nilai rapor siswa. Bahkan problem politik pun juga menjadi faktor orang renta yang lebih memilih homeschooling. Banyak cecunguk peradilan di sini. Seperti pembohongan dan penipuan.
Permasalahan biaya juga menjadi faktor orang renta memilih homeschooling. Pendidikanhomeschooling ini lebih ekonomis, sebab mereka sendiri yang mengatur segala keperluan-keperluan dalam pendidikan. Dan mereka bisa berhemat disini. Biaya yang dikeluarkan untuk keperluan homeschooling tergantung pada keadaan ekonomi keluarga. Apabila orang renta tidak mempunyai biaya yang cukup, maka orang renta bisa mengeluarkan biaya yang sehemat mungkin namun tetap dengan pendidikan yang semaksimal mungkin.
Selain itu para orang renta juga melihat dari segi orang-orang yang telah berhasil dalam hidupnya. Ada banyak tokoh yang berhasil dengan mencar ilmu secara mandiri. Tokoh-tokoh yang berhasil itu kebanyakan mencar ilmu eksklusif dari kehidupan. Belajar dengan media aktual berupa kehidupan-kehidupan yang dijalani mereka.
Sumardiono (2008) menyatakan sebagai berikut.
Ada 11 alasan mengapa orangtua memilih  homeschooling, dan hampir semua alasan ini ada dalam riset yang telah dilakukan di Amerika, alasan yang berbeda ialah adanya faktor melihat kesuksesan keluarga lainsebagai pandangan gres untuk melakukan homeschooling, serta inginmeyekolahkananakkeluarnegeri.Faktor melihat pada kesuksean keluarga homeschooling  lain,tidak didapati dalam riset di Amerika sebab kebudayaan bangsa kita yang bersifat kolektip (collectivis ticcultures).

Tiga alasan yang terbanyak dijawab orangtua dari 11 alasan tersebut ialah sebagai berikut:
•Orangtua merasa bertanggung jawab terhadap pendidikan anak dan ingin agar  hubungan  dengan anak lebih dekat. Pada dasarnya orangtua menginginkan pendidikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Keinginan untuk bertanggung jawab dalam kehidupan anak inilah yang menciptakan orangtua ingin berkorban  lebih, terutama dalam hal ini ialah pendidikan. Lewat homeschooling  ini orangtua mengharapkan sanggup mempererat kekerabatan orangtua dan anak, sebab waktu dengan anak bertambah banyak.
•Penekanan kepada pendidikan iman, pembentukan huruf dan nilai- nilai agama yang sesuai.Hal ini didorong oleh kurangnya pendidikan agama,nilai nilai moral dan huruf disekolah formal. Adapula sekolah formal (negeri) yang hanya   mengajarkan 1 agama dan mengharuskan semua anak mengikuti pelajaran agama yang tidak sesuai dengan agama mereka. Hal ini mendorong orangtua melaksanakan homeschooling sebab tidak ada pilihan sekolah yang sesuai dengan keyakinan mereka.
•Tidak oke dengan kurikulum disekolah formal (diknas). Beban pelajaran dan sistem kurikulum yang dianggap terlalu membebani anak serta tekanan yang diciptakan guru kepada anak dalam mengejar sasaran kurikulum menciptakan banyak orangtua mengeluarkan anak dari sekolah formal.



BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Beberapa laba dari homeschooling antara lain ialah anak mempunyai kepribadian yang kuat, pembelajaran sanggup diubahsuaikan dengan impian dan kemampuan anak, tidak terikat dengan kurikulum yang berlaku pada sekolah formal pada umumnya, lebih mempunyai kemampuan dalam kehidupan aktual sebab anak mencar ilmu dari kehidupan sehari-hari, anak terlindung dari pergaulan bebas, bisa berinteraksi dengan orang yang lebih renta darinya, dan terhindar dari penyelewengan yang ada di sekolah formal menyerupai cecunguk peradilan.
Namun selain mempunyai keuntungan, homeschooling juga mempunyai kerugian. Diantaranya ialah anak kurang bisa bekerja sama dengan orang lain sehingga susah apabila anak dihadapkan pada situasi yang membutuhkan kerja sama, anak kurang mempunyai pergaulan sebab anak hanya berinteraksi dengan sebagian orang saja dan anak juga mencar ilmu secara individu, anak homeschooling biasanya cenderung manja sebab anak homeschooling ini mempunyai proteksi yang lebih dari orang renta mereka. Sehingga terkadang anakhomeschooling kurang bisa dalam menghadapi problem yang tidak pernah diduga olehnya.
Beberapa faktor yang mengakibatkan orang renta lebih memilih homeschooling dari pada sekolah formal pada umumnya antara lain ialah kekecewaan orang renta dengan sistem pendidikan di sekolah formal yang memprioritaskan nilai rapor saja, ketidak percayaan lagi orang renta dengan kejujuran di dalam forum pendidikan formal ini, mahalnya biaya sekolah formal, mereka melihat dari orang-orang yang telah berhasil di dunia ini kebanyakan ialah sebab mereka mencar ilmu sendiri, mencar ilmu dari kehidupan sehari-hari, serta ingin
meyekolahkan anak ke luar negeri.






DAFTAR PUSTAKA
1.      Ryan. 2010. Homeschooling  Alternatif Pendidikan Berkualitas bagi Anak, (online), (http://humas.sragenkab.go.id/?p=319, diakses 24 Oktober 2010).
2.      Sumardiono. 2008. Suatu Studi Seputar Penyelenggaraan HomeschoolingdiI Jabotabek, (online), (http://www.sekolahrumah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=1532&Itemid=71, diakses 1 November 2010).
3.      Nadhirin, Arif Luqman. 2008. Homeschooling Sebagai Pendidikan Alternatif, (online), (https://lubukberbagi.blogspot.com/search?q=home-schooling-sebagai-pendidikan_11, diakses 28 Oktober 2010).
4.      Amien, Saiful. 2010. Pendidikan Formal, Non Formal, dan Informal, (online), (http://benramt.wordpress.com/ruang-pails/iv-pendidikan-formal-non-formal-dan-informal/, diakses 30 Oktober 2010).
5.      Dweehan. 2009. Model Pengembangan Sistem Pendidikan, (online), (http://www.pnfi.kemdiknas.go.id/artikel/20090915092455/Homeschooling–Model-Pengembangan-Sistem-Pendidikan.html, diakses 28 Oktober 2010).

Sumber http://ronald-koeman.blogspot.com/

Related Posts