– Hai, kalian ingin menjadi seorang Programmer tetapi ragu siapa bilang tidak ada harapan dimasa depan buat seorang programmer? Justru sebaliknya, dimasa depan kalian bisa mewujudkannya.
Banyak sekali keraguan itu muncul dalam diri kita apa bisa atau tidak buat melangkah dan juga kenapa Programmer Indonesia banyak yang gagal, karena mereka memiliki persepsi yang salah mengenai bagaimana menjalankan profesi yang seharusnya dan juga tidak ada jaminan dimasa depan akan yang lebih baik. Sedikit membeberkan daftar kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh programmer yang menekuni profesi ini.
Dianggap terus-menerus belajar, terus ditanyakan kepada orang yang memiliki profesi diluar programmer. Apakah mereka bisa menjadi sukses tidak perlu belajar? Tidak ada satu orangpun dari latar belakang non-programmer yang akan berkata tidak. Itu pasti sudah kenyataannya, semua profesi didunia ini menuntut semua orang terus belajar dan belajar, hanya saja konsep pemahaman belajar terus di kalangan programmer ini, ditanggapi dengan cara yang salah. Dimana letak kesalahannya? Banyak programmer yang terjebak dalam proses belajar hanya fokus di hal-hal seperti tehnis, code, script, SQL Statement yang lebih canggih untuk berkoyo saja. Padahal seni belajar programming yang baik adalah memahami semua aspek dari segi bisnis ini baik tehnis maupun non-tehnis.
Hal-hal yang mestinya dipelajari oleh seorang programmer sejati. Negosiasi, personal-relationship, team-work, dan yang terpenting trustworthy (kepercayaaan) itu harus di miliki jiwa programmer.
Kepercayaan bahwa saat ini tidak ada satupun perusahaan di dunia ini yang dapat tumbuh dengan cepat dengan sendirinya tanpa bantuan IT? Semua programmer yakin setuju bahwa IT kini dibutuhkan oleh setiap perusahaan. Pertanyaan selanjutnya, kalau begitu kenapa masih banyak perusahaan yang ragu menggunakan IT sebagai penunjang bagi perusahaan mereka? Dan mengapa begitu sulit bagi programmer untuk menawarkan solusi IT bagi perusahaan-perusahaan itu?
Jawabannya berasal dari programmer itu sendiri. Fakta berbicara, ada banyak programmer yang tidak bisa percaya dan dipertahankan karena memiliki kebiasaan buruk yang lari dari tanggung jawabnya sendiri atau mengerjakan pekerjaan mereka separoh-separoh, money-oriented, dan sebagaiya. Tentu ada alasan buat customer mengapa mereka mengejar-ngejar programmer, karena software itu pada satu titik tertentu telah menjadi core system dari sebuah perusahaan. Ketika core-system itu mandek karena alasan bug dan kesalahan programming, seluruh sistem perusahaan itu menjadi lumpuh. Ini yang dijadikan alasan kenapa perusahaan begitu menguber-uber si programmer. Kenyataan yang terjadi di dunia bisnis saat, banyak programmer yang kabur dan meninggalkan jejak yang sulit dilacak.
Ini tentu menimbulkan trauma yang dalam di banyak perusahaan-perusahaan yang mempekerjakan tenaga IT. Tidak usah jauh-jauh, hal yang sama ini terjadi di perusahaan tempat saya bekerja. Dan kini, saya dituntut untuk membangun kembali kepercayaan kepada terhadap orang IT. Membuat aplikasi untuk mereka, dan menjamin sepenuhnya bahwa aplikasi ini akan terus berjalan, dan komitmen terhadap company ini tidak akan berubah.
Seorang programmer harus selalu berpikir walaupun itu 24 jam non-STOP. Mereka seperti dijadikan budak. Terdapat banyak programmer hanya pintar di kode, bahkan terlalu idealist dengan semua fitur-fitur yang disediakan tapi tidak pintar dalam menegosiasikan Scope of Work dan bekerja fase by fase. Padahal, dalam implementasi sebuah software, step ini amat krusial diawal pengerjaan proyek. Step ini wajib dilakukan sebelum menulis kode “?Php” yang pertama.
Harap diingat, tidak semua fitur yang kalian buat dapat di presentasikan keseluruhnya. Mirip iklan rokok, yang hanya ditampilkan dalam banner dengan fitur terbaik dan terlengkap tetapi dalam praktek penjualannya, dibagi dalam kelas-kelas standard hingga yang terlengkap. Maka dari sini, kita sudah bisa mulai menulis code.
Seiring berjalannya waktu, customer mulai memahami cara kerja aplikasi dan mulai merasakan manfaatnya. Disinilah titik krusial terjadi, dimana customer mulai cerewet dan mulai meminta fitur-fitur lainnya. Maka Scope of Work, “come into effect”. Tentu tidak mau mengerjakan fitur yang tidak disepakati dalam Scope of Work. Posisi saya jelas. Saya dan customer memiliki kepentingan yang berbeda, tapi level tanggung jawab yang sama, tujuan yang sama dan kedudukan yang sama. Tidak ada alasan bagi mereka untuk menjadikan saya budak. Ketika software itu selesai, maka fitur-fitur tambahan ini akan menjadi pekerjaan tambahan dengan negosiasi harga tambahan. Sampai di titik ini, case closed.
Bayaran Sedikit pasti kalian pernah terpikir ada puluhan tools yang serba otomatis, tinggal klik-klik diberbagai tempat artikel dan websitepun jadilah tempat pertamanya. Tetapi tahukah bahwa dari ratusan tools yang gratis maupun bayar yang ada di luar sana, tidak ada satupun yang mengurusi implementasi untuk otomatisasi konsultasi? Tentu saja tidak ada karena konsultasi itu urusan non-tehnis yang tidak dapat dicodekan dan di-wizard-kan. Software boleh sama, aplikasi boleh open-source, tapi konsultasi tidak akan pernah FREE dan tidak akan pernah IRIT MONEY.
Jangan pernah ada raguan dalam kemampuan yang kalian miliki. Pekerjaan apapun ini itu memang menuntut kalian memiliki keahlian tehnis dan non-tehnis secara bersamaan. Profesi programmer juga menuntut kalian bat berpikir kritis bahkan mungkin lebih kritis dibanding profesi yang lainnya. Akan tetapi apa kata. Dunia dimana kita bekerja dan mengerjakan sesuatu yang kita cintai. Tidaklah mengherankan, jika kita mengerjakan pekerjaan yang kita cintai, uang tidak selalu menjadi tujuan akhir. Ada kesenangan yang teramat dalam, ketika aplikasi yang kita buat digunakan oleh orang lain. Ada keindahan yang tiada bandingnya, ketika melihat aplikasi yang kita bangun bermanfaat untuk orang lain. Dan ada kebanggaan tersendiri, ketika aplikasi yang kita buat ternyata membuat orang lain ikut bahagia.
Mulai sekarang rubahlah mindset kalian yang dulunya kalian gampangin menjadi tidak, karena kebanyakan programmer itu terlalu naif dalam segala hal. Selalu meremehkan profesi programmer dengan model seperti ini pada akhirnya menyerah hanya karena masalah-masalah sepele, persoalan belajar tiada henti, bayaran kurang, dan sebagainya. Seandainya saja setiap programmer itu berpikir praktikal dan taktis, kita berani jamin semua hal-hal diatas dapat diatasi dengan mudah dan halangan. Semoga terinspirasi.
Sumber https://www.nichandesign.web.id/