Kamis, 18 Desember 2008

Merdeka Dengan Tulisan


Kelompok 17!! 17 Agustus Merdeka!! Merdeka!!
Asian Games 2018, ramai dengan segala kompetisi cabor, bahkan kontes-kontes penyemaraknya. Mulai dari lomba fotografi, face painting, musik, social media influencing, dan menulis. Sungguh suatu kehormatan bagi Indonesia, untuk menyambut Asian Games tahun ini. Salah satu kompetisi untuk menyemarakkan event akbar ini yakni Writingthon Asian Games 2018. Sebuah lomba menulis artikel dengan Pelajar/Mahasiswa dan blogger sebagai sasarannya, sebanyak masing-masing satu per kategori dan mewakili 34 provinsi di Indonesia. Bersama bitread publisher, indonesiabaik.id, dukungbersama dan dinaungi kemenkominfo, program ini menjadi sebuah kompetisi prestisius yang mencerdaskan dan menambah pengalaman. Sebelum para partisipan menghadiri opening ceremonial Asian Games yang juga merupakan potongan dari Writingthon, kira-kira bagaimana, ya, pendapat mereka mengenai kompetisi ini? 

Di sini, para penerima dibagi menjadi tujuh belas kelompok, untuk menulis kesan dan pengalaman, juga pendapat dalam Writingthon kali ini. Dan kami yakni kelompok 17 yang identik dengan tanggal hari kemerdekaan bangsa Indonesia. Serupa merdekanya kami melalui goresan pena lewat Challenge Writingthon Asian Games 2018. Kami berempat dengan bermacam-macam latar belakang mencoba menyatukan goresan pena sesuai tantangan tersebut.

SELAMAT MEMBACA


WRITINGTHON ASIAN GAMES 2018 ITU... SEPERTI FIBONACCI
Ghea Charya Padanta Ginting
Kategori: Pelajar

Bicara ihwal trading, tak akan luput dari deret angka Fibonacci. Hasil simpulan dari pernis milik Liber Abaci, resmi direbut nama oleh Leonardo Fibonacci da Pisa. Fibonacci memeroleh deretan angka emas tersebut melalui penelitian pengembangbiakan kelinci yang diternakkan di dalam sangkar yang terisolir, yang pada balasannya menghasilkan sejumlah deretan angka unik. Angka-angka tersebut bersambungan dengan hasil penjumlahan tiap angka dengan angka yang di depannya. Deret ini kemudian merambat dan berkonstelasi dengan beberapa prosedur di alam semesta, seperti: jumlah kepakan sayap kupu-kupu, jenis kelamin hewan, dan lain sebagainya.

Fibonacci merupakan perumpamaan yang serupa aljabarnya dengan Writingthon Asian Games 2018 kali ini. Writingthon Asian Games 2018 yakni sebuah kompetisi marathon menulis, dengan Asian Games sebagai patokannya. Enam puluh delapan penerima dipilih untuk mewakili 34 provinsi di Indonesia, masing-masing seorang pelajar/mahasiswa, dan seorang blogger. Bersama kementerian komunikasi dan informasi, penerbit bitread, dukungbersama dan indonesiabaik.id, mempersembahkan sebuah kompetisi dan pengembangan potensi yang prestisius.

Now let's talk about the journey. Perjalanan untuk Writingthon Asian Games didesain apik dan gampang diterima, juga dijalankan oleh para peserta. Tak hanya pembiayaan perjalanan dan fasilitas sepenuhnya, bahan yang diberikan oleh penyelenggara menjadi pengetahuan tak ternilai yang mungkin tak akan bisa diperoleh dua kali. Dalam program ini, perwakilan dari tempat yang berbeda-beda dipertemukan, menyulap jarak dan waktu menjadi untaian emas serupa deret Fibonacci da Pisa.

Dari yang tidak saling mengenal, hingga menambah teman. Bermula dari teman, menjadi sahabat. Dari sahabat, berlanjut kepada kolega. Dan bukan hal yang tidak mungkin, kalau sehabis menjadi kolega, bisa menjadi rekan kerja, mungkin suatu hari nanti. Bermula dari menulis untuk iseng, hingga menjadi menulis untuk kesukaan, kemudian naik tingkat menjadi hobi. Lalu diperniskan martabatnya menjadi menulis untuk kompetisi. Dan bukannya tidak mungkin, sehabis menulis untuk diri sendiri, sanggup berkembang dan berlanjut sebagai jalan hidup. Fibonacci Asian Games bisa menjadi lebih panjang lagi, selama semua partisipan masih mempertahankan jalinan komunikasi ke depannya.

Jika kita kembali pada Fibonacci dan perumpamaannya, perkembangan matematika pada kala pertengahan di Eropa seiring dengan lahirnya Leonardo dari Pisa yang lebih dikenal dengan julukan Fibonacci (artinya anak Bonaccio). Bonaccio sendiri artinya anak bodoh, tetapi dia bukan orang ndeso alasannya yakni jabatannya yakni seorang konsul yang wewakili Pisa. Namun siapa yang menyangka, anak Italia dengan olokan menurut stigma yang menempel pada ayahnya, bisa mengukir sejarah dalam dunia sains.

Demikian kita sebagai tuan rumah Asian Games 2018 ini. Tak perlu ditutupi, sudah menjadi belakang layar umum kalau Indonesia dianggap sebagai negara yang kurang mumpuni. Namun kita sanggup menepis semua stigma dan paradigma, memeroleh pujian sebagai tuan rumah tahun ini. Bagaimana kalau kita menciptakan sebuah history?

WRITINGTHON ASIAN GAMES MERDEKA DARI DAERAH UNTUK INDONESIA.
Fachrur Rozi
Kategori Blogger

Menurut Fachrur Rozi dari Kelompok 17, saya sangat bahagia dengan adanya lomba Writingthon Asian Games yang membut saya dan semua tempat menyebabkan tempat untuk menambah sobat baru, pengalaman baru, dongeng baru, dan hal yang paling manis yakni bersilahtuhrami dengan banyak sekali suku lainnya yang ada di seluruh Indonesia. Bertepatan dengan kelompok 17 yang di artikan bahwa tanggal 17 Agustus 1945 merupakan momen sejarah bagi bangsa Indonesia, yang di mana ternyata pada tanggal 17, bulan Agustus, dan tahun 1945 yakni hari Indonesia benar-benar merdeka dari penjajahan yaitu Belanda dan Jepang. Dengan kegigihan itulah para pendahulu memerdekan bangsa Indonesia. Nah, betapa bangganya bahwa jasa para pendahulu kita untuk memperebutkan kemerdekaan biar di akui seluruh negara di dunia. Dengan adanya lomba Writingthon Asian Games 2018 saya ingin bisa ikut andil dalam partisipasi walaupun tidak ibarat pada jaman 1945, namun dengan saya dan seluruh warga Indonesia mendukung bersama  untuk para atlet Indonesia biar bisa membantu dan meraih juara alasannya yakni Indonesia tahun ini menyebabkan tuan rumah. Betapa senangnya saya bisa ikut dalam partisipasi untuk menonton dan mendukung para atlet Indonesia untuk tampil di Asian Games 2018.

Sedikit cerita, saya kemari tiba untuk mengikuti Writingthon Asian Games yang di selenggarakan oleh Bitread.id dan Kominfo merupakan hal yang paling istimewa dalam hidup saya. Karena saya harus merelakan satu acara yang merupakan mata kuliah di kampus saya, mata kuliah itu yakni KKN atau di sebut Kerja Kuliah Nyata yang di lakukan pada ketika di lapangan dan mengabdi kepada masyarakat Indonesia biar suatu ketika nanti ketika menjadi alumni dari suatu kampus, saya bisa memperlihatkan yang terbaik buat masyarakat sekitar. Nah, acara KKN itu di lakukan pada tanggal 18-19 Agustus 2018 lebih tepatnya hari Sabtu dan Minggu.

Saya bersyukur alasannya yakni pihak penyelenggara Writingthon Asian Games memperlihatkan surat dinspesasi untuk bisa pergi dan dari di situ saya bahagia dan sujud syukur kepada Tuhan alasannya yakni sudah diberikan jalan dan kemudahan untuk bisa pergi ke Writingthon Asian Games yang di adakan di Jakarta. Lalu, dengan perginya saya berangakat dari bandara Supadio, Kalimantan Barat tidak lupa juga saya berpamitan pada orang tua. Setelah hingga di bandara Internasioanl Soerkano-Hatta saya berjumpa dengan sobat gres yang berjulukan Maulana berasal dari Kaltim, kemudian ketemu kontingen yang dari kategori pelajar Kalimantan Barat yang berjulukan Angelia. Sambil berbincang-bincang sambil melontarkan isu mengapa bisa ikut lomba Writingthon Asian Games alasannya yakni mereka semua tidak menyangka bisa terpilih dari setiap provinsi atau bisa di sebut perwakilan perprovinsi yang di utus hanya 2 orang dari kategori Blogger dan Pelajar.

Lalu, sambil menunggu jemputan dari bus di bandara, saya ketemu dengan volunteer Asian Games 2018 mereka berkata eksklusif bahwa mereka menunggu para atlet dari seluruh negeri untuk menemani dan mengantarkan mereka ke penginapan yang ada di Jakarta. Dengan bangganya saya yakin Asian Games 2018 niscaya sukses dan menciptakan Indonesia layak di jadikan sebagai tuan rumah. Dengan dukung bersama dari seluruh elemen masyarakat baik dari pemerintahan maupun masyarakat sangat antusias untuk memperlihatkan proteksi bersama. Setelah kami semua di jemput dari bandara menuju ke hotel Millenium, sesampai di sana saya mendapatkan kartu kamar dengan nomor 1229, kemudian saya menuju ke atas lantai 12.

Saya benar-benar tidak menyangka sudah ada orangnya pada ketika ke kamar, dan ternyata orang yang ada di kamar sudah tiba pada pukul 11.20 dan nama orang itu yakni mas Firman yang berasal dari Banten. Saya sangat bahagia sekali bisa sekamar dengan orang ajaib alasannya yakni dengan begitu bisa menambah jaringan pertemenan dan menambah pengalaman. Saling menyebarkan isu ihwal mengapa bisa ikut lomba Writingthon Asian Games dan sharing ihwal blogger, lomba lain, dan kehidupan pribadi. Tak terasa waktu sudah pukul 18.00 yang Adi mana harus solat maghrib dan makan malam, dengan adanya kenalan gres di ruang meja makan saya sangat bahagia banget bisa berkenalan dengan lainnya.

Lalu di lanjutkan acara dari panitia untuk masuk ke ruangan teratari room, di sana saya bisa melihat dengan banyaknya orang lain dari seluruh penjuru tempat Indonesia. Kemudian saya meminta perkenalan satau sama lain dan bertanya nama, asal dari mana, dan kategori Blogger atau Pelajar. Setelah mengikuti rangkain acara dari pihak bitread atau Writingthon Asian Games sempurna pada pukul 21.00 kami semua keluar ruangan, ada beberapa penerima memanfaatkan untuk istirahat di kamar masing-masing dan ada juga yang lainnya untuk memanfaatkan  “walking street in the night on Jakarta” berjalan malam hari di Jakarta termasuk saya sendiri melaksanakan hal itu. Dengan momen dengan waktu yang tidak usang saya memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk mencari spot untuk berfoto bersama mas Firman, dan Mahdi yang berasal dari NTB. Pada ketika hunting kami berangkat berlima bersama Bimo dan mbak Ria pergi memakai Grab untuk mencari makan, dan saya, mas Firman, Mahdi mencari spot untuk  berfoto di Jakarta dan  tidak terasa hingga jam 23.00 gres kami pulang ke hotel dengan berjalan kaki. Dan di ketika itulah saya mengerti sisi malam dari Jakarta sangat luar biasa berbeda dengan tempat saya kota Pontianak, Kalimantan Barat. Itulah dongeng pengalaman saya di hari pertama bersatu dengan tema dukung bersama, Writingthon Asian Games, Asian Games 2018, dan bitread.id.

DUKUNGAN DAN KESEHATAN
dr. Adi Pendet
Kategori Blogger

Kami mendukung kalian wahai para atlet Indonesia! Puji syukur atas tugas Kemenkominfo memberi wadah bagi kami para masyarakat non atlet, dalam Asian Games 2018. Dukungbersama.id yakni gelanggang para masyarakat  Indonesia dalam mendukung para atlet yang sekarang sedang berkeringat. Masyarakat sanggup mendukung dengan sederhana, yakni lewat foto, video, tulisan, hingga menciptakan gapura! Dan momen Asian games 2018 di Jakarta dan Palembang menciptakan kami para blogger dan pelajar Indonesia mendukung lewat Writingthon kepada sang juara yang bertanding.

Writingthon sungguh sebuah acara yang menciptakan kita sehat paripurna. Tantangan dalam menulis (writing marathon) bagi para penulis terpilih dari seluruh nusantara ini, secara medis bisa memebri kesehatan fisik, mental dan sosial. Kegiatan ini melatih daya pembiasaan diri secara fisik. Para finalis tiba dari Sabang hingga Merauke dengan kondisi cuaca, kelembaban, suhu dan banyak sekali faktor fisik lain yang berbeda dengan di Jakarta.

Secara mental para penulis berhadapan dengan sobat baru, dan pengalaman baru. Proses ini disebut sebagai mindful-based, yakni situasi secara sadar dalam mencicipi ketiga hal gres tersebut (tempat, teman, pengalaman). Kegiatan ini bisa memperbaiki kesehatan mental seseorang, dan menciptakan seorang menikmati kehidupan secara sadar serta menghargai orang disekitar mereka.

Kesehatan sosial dari program Writingthon diperoleh melalui proses bertukar pengalaman selama proses karantina berlangsung. Sesi ini memberi kesempatan bagi para penulis untuk mencar ilmu dalam mendapatkan keadaan diri. Banyak dari finalis menceritkan apa adanya dari setiap kekonyolan hingga ketegangan dalam perjalanan writingthon berlangsung. Para finalis juga mencar ilmu dalam memberi kesempatan yang sama dalam bercerita, alasannya yakni setiap pengalaman di nusantara amatlah bernilai untuk kami dengarkan. Dengan mencar ilmu mendapatkan keadaan diri dan memberi kesempatan yang sama, tentu semakin memudahkan kami dalam bergaul dan mengenal indahnya keberagaman nusantara. Apalagi banyak sekali kisah yang menghibur, sukses menciptakan para finalis dan penerima tertawa lepas dimalam penuh suka cita tersebut.

Akhirnya, dengan segala manfaat kesehatan yang diperoleh dari dukungbersama.id, writingthon dan Asian Games 2018, maka sekali lagi, kami mendukung kalian wahai para atlet Indonesia!

Gemuruh Dukung Asian Games di Balik Gempa Lombok
Mahdi Singaparado
Pelajar

Mentari telah meninggi di Timur. Pagi itu, saya turun dari Batik Air yang menerbangkanku dari Bima. Aku telah hingga di Lombok, untuk transit ke Jakarta selama lima jam. Berbicara ihwal Lombok, saya ingin memastikan satu hal yang begitu jadi teringat kisah pilu ketika saya berkunjung ke Lombok ahad lalu.
Lombok. Momok yang begitu menggugah untuk diperbincangkan. Bagaimana tidak? Pulau yang dijuluki Pulau Seribu Surau itu selalu menarik insting tiap pelancong yang bertandang padanya. Apa memang yang kurang dari Lombok? Gunung? Hutan? Bentang Lautan? Atau budaya lokalnya yang begitu rupawan? Semuanya, sanggup kamu temukan di Lombok. Andai kata kamu ingin menapaki kebudayaan, maka Lombok mempunyai budaya Islam dan Hindu yang bersinergi. 
Namun, sayangnya, segala keindahan itu sekarang berujung menjadi sebuah malapetaka yang begitu menggugah hati nurani seluruh insan Nusantara. Pulau Seribu Surau itu sekarang luluh lantak oleh guncangan dahsyat, gempa 7 Skala Richter yang terjadi sepersekian hari lalum, yang berhasil menghancurkan bangunan-bangunan indah tempat dikumandangkannya panggilan bagi umat muslim, Surau. Gempa yang telah sukses membunuh asa para pejuang kehidupan. Gempa yang hampir memutus nadi kepercayaan insan Lombok terhadap nasib baik.
Yang pasti, gempa itu begitu disayangkan.
Aku, yang gres hingga di Lombok kemarin, seketika meneguk ludah menyaksikan buah kejadian itu. Reruntuhan itu begitu nyata, sanggup kulihat surau-surau yang hancur, sekolah yang rata dengan tanah, dan tenda-tenda pengungsi yang jauh dari kata layak.
Sampai tibalah saya pada satu tenda yang begitu menarik perhatian. Di dalam tenda tersebut, terdapat seorang ibu yang sedang menggendong putranya yang meronta kesakitan. Hal yang menarik perhatianku adalah, bagaimana cara ibu itu menenangkan putranya. Kau tahu? Ibu itu memperlihatkan boneka Atung dan Bhin-bhin pada sang putra, sambil menyanyikan lagu Sipatokaan, lagu tempat Sulawesi Utara. 
Tertarik, saya menghampiri ibu itu dan menanyakan alasannya melaksanakan hal tersebut. 
“Pada gempa ahad malam kemarin, saya sedang berada di luar, sementarakan putra saya berada di rumah bersama anak tetangga saya. Mereka sedang bermain, dan gempa itu pun terjadi. Anak tetangga saya berlari lebih dulu ke luar, sementarakan dia,” ibu itu melirik putranya, “tak sempat berlari sehingga kakinya tertimpa genteng yang jatuh. Dan alhamdulillah, dia selamat walau kakinya harus dijahit, yang niscaya dia tidak akan bisa berjalan dengan baik ketika dia pulih.”
Sisi kemanusiaanku tergugah. Aku menyaksikan lekat-lekat mata ibu itu yang berkaca-kaca. Tangisnya pecah kemudian. 
“Tapi suami saya tidak selamat. Beliau merupakan seorang pekerja proyek dan penggila olahraga, terutama bulu tangkis, dan ketika ia mendengar kabar ihwal Asian Games yang digelar di Indonesia, ia nampak begitu gembira. Beliau berjanji mengajak saya dan anak saya untuk menonton eksklusif pertandingan badminton di Jakarta, namun, takdir berkata lain,” ibu itu makin terisak, “suami saya tertimpa reruntuhan ketika ia berada di Lombok Utara untuk meninjau lokasi proyek barunya.”
Aku meringis mendengar pernyataan ibu itu. Mataku telah berkaca, tangisku hampir pecah, saya teringat ayahku.
“Lalu kenapa ibu tadi menyanyikan lagu Sipatokaan?”
Ibu itu membisu sepersekian detik. 
“Suami saya orang Sulawesi Utara. Dia dulu sering menyanyikan lagu Sipatokaan untuk anak kami. Untuk mengenang beliau, saya menyanyikan lagu itu. Dan untuk meneruskan semangat suami saya ihwal semarak Asian Games yang begitu dielu suami saya.”
Aku menghela napas panjang. Ya, walau gempa telah meluluhlantakkan Lombok, namun semangat mendukung negeri demi sebuah kemenangan takkan pernah bisa dihancurkan, apalagi dilenyapkan. Contohnya ibu Aminah, ibu yang gres saja kutanyai. Ya, semangat mendukung Asian Games memang selalu berkobar.

#DukungBersama #WritingthonAsianGames #AsianGames2018 #Bitread #Kominfo




Sumber https://www.zeevorte.net/