Berbagai musik di tanah air sangat beragam, dan sebagian besar pun ada yang terpengaruh dari budaya luar. Diantaranya, Pop, jazzy, soul funk, melodic, punk, uncore, electric, dan yang sangat membudaya di Indonesia seperti halnya DANGDUT. Tapi kita sering mendengar, ada beberapa orang yang menyebutkan bahwa “Indie“ merupakan jenis musik. Jujur, gue dulu pun sama ibarat mereka yang menyebutkan bahwa “indie” merupakan suatu genre musik. Tapi itu semua salah! Dari beberapa Info yang gue dapat, “indie” merupakan Visi dan Misi. Dan “indie” merupakan singkatan dari kata Independent. Berikut akan gue jelaskan apa itu “indie”!!
Baca Selengkapnya
Baca Selengkapnya
Indie bukan genre music, indie = singkatan dari kata Independent, ialah spirit mandiri, tidak mau di intervensi. Jadi, musisi dan seniman indie sudah niscaya mereka yang mempunyai spirit dan prinsip seni, dan mereka enggak mau musik mereka di dekte oleh siapa pun, termasuk oleh major label. Banyak musisi indie ‘pemula’ menganggap, bahwa jikalau musisi indie baik itu grup band maupun solo masuk label besar (major label) ialah ‘pelacur’. Dengan menggadaikan prinsip dan visi indienya. Pernyataan ini keliru, jikalau di runtut dari sejarah, betapa banyak major label yang menjaring grup band indie tanpa sanggup merubah musikalitas atau merubah prinsip indie band/artis yang di kontraknya.
Bermula dari aquarius yang menjaring PAS grup band pada tahun 1984, tatkala grup band asal bandung ini gres saja melepas mini album indienya di bandung. Penjualan album rekaman PAS grup band melalui lebel aquarius jauh lebih manis di bandingkan ketika PAS grup band masih berada di komunitas penjualan album indie. Aquarius indie macam Type X, betrayer, rumah sakit, … di Sony Music Indonesia, awalnya menerima grup band rock yang banyak perform di cafĂ© di bandung, sebagai grup band rock rekamannya, grup band itu ialah /rif dengan hits single yang berjudul ‘radja’. Memasuki tahun 2006, Sony memberanikan diri merayu SID (Superman Is Dead) dari bali. dan Jan Djuhanda - Direktur A&R SONY, terbang eksklusif ke bali untuk meminang SID (Superman Is Dead). Dan hasilnya, SID (superman Is Dead) di kontrak jangka panjang oleh SONY, tanpa harus merombak ‘spirit indie punk rock’-nya. SONY juga mempunyai grup band indie yang kini juga kian popular hingga sekarang, yaitu The Changcutters.
Banyak grup band indie yang menolak di pinang oleh major label, beberapa di antaranya Koil, Mocca, White Shoes, Tengkorak, The S.I.G.I.T, Efek Rumah Kaca, … bahkan vokalis Shandy Sandoro yang kini di bawah SONY, semenjak awal berakhir dieropa merupakan musisi indie. Mereka lebih nyaman berjualan di label – label indie yang kini beda – beda tipis dalam gaya di tribusi di bandingkan major label. Jika major label kini kesulitan menjual fisik album, lantas apa bedanya dengan gaya penjualan artis indie, yang selama ini di kenal dengan komunitasnya yang kuat, fans club-nya yang di bikin nyaman dan berisi music lovers loyal. SLANK dan SLANKERS atau Iwan Fals dan Oi salah satu teladan kasatmata betapa pentingnya “arti fans” dan “fans club”. Para artis ini tidak saja menjual akrya misuc dan merchandise,tapi juga ‘gaya hidup’.
Artis indie mempunyai jaringan yang berpengaruh melalui internet. jangan kaget jikalau grup band band indie malah lebih banyak manggung di luar negeri (eropa, amerika) di banding artis dari major label, dan mereka menjual produk seninya secara direct selling maupun melalui internet. Di samping penjualan konvesional indie melalui distro-distro (distribution outlet), atau di pasarkan juga lewat outlet CD macam Disctarra. Beberapa nama label indie yang kondang adalah ASKARA (tutup final tahun 2009) dan Mega Store Aquarius Pondok Indah (tutup final tahun 2010), Fast Forward, D’majors. Band yang berada di bawah bendera ASKARA antara lain The Adams, Goodnight Electric, The Brandals, Efek Rumah Kaca, dll. Fenomena menarik adalah, tatkala dengan gagah berani Label SONY Music bekerjasama dengan KFC mulai januari 2010 mengumumkan melaksanakan penjualan secara direct selling di resto/stores KFC di seantro Indonesia yang jumlahnya mencapai kurang lebih 377 buah resto/stores. Akibatnya penjualan fisik album penyanyi yang merupakan anak buah SONY dan belum fasih berbahasa Indonesia (cinta laura) ini, menembus angka kurang lebih 800 ribu buah CD hingga November 2010.
Gaya titip edar macam kerja sama SONY dengan KFC itu juga di lakukan GIGI dan manajemennya, sewaktu jelang puasa kemudian melepas album kompilasi religi GIGI & Omelette, melalui Carrefour. Sedikit informasi bahwa, GIGI memberanikan lepas dari SONY Music semenjak 2 tahun lalu. Artis SONY lainnya yang di kabarkan telah dan akan mengundurkan diri ialah Glenn Fredly dan menyusul nantinya, /rif.
Artis indie juga melaksanakan hal yang sama.Duo Endah &rheas, albumnya yang di rilis awal tahun 2010, telah terjual mendekati angka 19.000 CD dengan cara Direct selling. Mereka perform, mereka jual di sana. Hal yang samajuga di lakukan Discus, Krakatau, Barry Likumahuwa, Bonita, Koil, Tengkorak, The Brandals, dll.
Maka di tengah isu terkini RBT ini, sudah saatnya artis indie Indonesia sadar pada posisinya yang lebih menguntungkan di bandingkan musisi di bawah major label. antara label indie dan major label tak ada bedanya lagi. Bahkan untuk idealisme, artis music indie lebih di untungkan dengan keteguhannya pada spirit indie. Mereka tidak pernah berfikir menciptakan lagu ala RBT. Karena mereka yakin, fans mereka tetap loyal.